Kamis, 04 Juni 2020

SELAPANAN DI TENGAH PANDEMI

OLEH : ENI SETYOWATI







Alhamdulillah, nderek bingah , selamat untuk Ibu Rubinem dan keluarga, juga untuk Mas Gilang dan istrinya , atas kelahiran cucu dan putra pertama dari anak pertama Ibu Rubinem dan Pak Sarwidi. Semoga " Thole Baby " kelak menjadi anak yang cerdas, sholeh, berbakti pada orang tua, agama, nusa dan bangsanya.


Ternyata hari ini, Jumat, 5 Juni 2020 adalah pas selapanan sang cucu tercinta dari ibu Rubinem, makanya kemarin WA , tentang godongan, dan mengajak nyambel bawang, ternyata untuk emong-emong sang cucunda tersayang...

Selapanan , sebuah tradisi negeri , yang senantiasa menghias bumi pertiwi. Menurut filosofi masyarakat Jawa, Selapanan mempunyai arti 35 hari. Angka 35 hari didapat dari jumlah hari dari senin, selasa, rabu, kamis, jumat, sabtu, minggu berjumlah 7 hari. Dan nama pasaran bagi orang jawa  yaitu pon, wage, kliwon, legi , pahing, yang jumlahnya ada 5. Jadi Selapanan itu didapat dari perhitungan angka-angka jawa tersebut yaitu 7 hari x 5 pasaran = 35 hari. Artinya bahwa bayi yang lahir sudah berumur selama 35 hari. Selapanan sebagai sebuah tradisi atau ritual bahwa bayi  sebagai seorang manusia  tersebut sudah bertambah umurnya. Dan itu sebagai pertanda bahwa si bayi sudah mengalami perubahan baik secara fisik maupun secara psikis. 

Secara fisik, si bayi mengalami pertumbuhan jasmaninya atau raganya. Hal itu dapat dilihat dari berat tubuh si bayi, yang pasti akan mengalami peningkatan berat badan sedikit demi sedikit, pertumbuhan gigi-giginya, rambutnya, atau yang lainnya.

Kemudian secara psikis / mentalnya juga akan mengalami perkembangan jiwanya. Ditandai dengan si bayi sering gelisah, tidak nyaman, menangis, dan sebagainya.

Selapanan sebenarnya juga dapat ditinjau dari sisi agama yaitu sebagai laku sedekah / memberi kepada orang lain. Hal itu dapat dilihat dari acara selapanan yang biasanya keluarga membuat tumpeng dilengkapi dengan uba rampe lainnya, gudangan, telur rebus, dan sebagainya. Kemudian nantinya tumpeng itu akan di kendurikan, di dowani ( bahasa jawanya ) kalau bahasa agamanya didoakan, agar si bayi dan ibunya selalu diberi kesehatan lahir batin. 


Dalam acara tumpengan itu biasanya mengundang orang lain, para tetangga, anak-anak, sanak kerabat yang dekat rumah saja. Tujuan selapanan adalah sebagai ucapan syukur kepada Tuhan atas karunia berupa kelahiran si bayi. Dan dengan berbagi makanan tumpeng beserta ubarampenya tersebut sebagai wujud sedekah kepada orang lain, juga menjalin hubungan baik dengan para tetangga ( mempererat tali silaturahmi ).

Dalam ritual selapanan biasanya dengan mencukur rambut bayi dan memotong kuku bayi. Kemudian cukuran rambut dan potongan kuku bayi tersebut akan dijadikan satu dengan tali pusarnya untuk disimpan, suatu saat jika diperlukan akan digunakan. 

Semoga tradisi selapanan tetap akan melekat dalam kehidupan masyarakat jawa khususnya. Tradisi harus dilestarikan sebagai penanda jati diri manusia yang berbudaya. Dan harus mengalun harmoni bersama ajaran-ajaran suci agama .  Karena ajaran-ajaran agama itulah yang akan menjadi penerang jalan kita di dunia dan kelak menghadap Gusti Kang Murbeng Dumadi di alam nirwana ( surga ). 

Semoga sedikit kawruh ini dapat menambah wawasan kita akan betapa luhurnya budaya jawa, yang ternyata selaras dan menjadi penghias mulianya ajaran-ajaran Sang Hyang Maha Wenang ( Tuhan Yang Maha Kuasa ).

Gunungkidul, Jumat 5 Juni 2020









1 komentar:

BUNGA RENGGANIS, MANIS

  BUNGA RENGGANIS, MANIS oleh : Enis Bunga rengganis ?? Apakah betul tanaman ini namanya bunga rengganis? Nama rengganis dari tanaman ini di...