sebelum di rebus
sesudah di rebus
Ketika di ambang senja , Senin 15 Juni 2020, kudengar ada suara sepeda motor berhenti di depan rumah. Karena tidak ada salam dan ketukan pintu maka aku tidak melihatnya keluar.
Tapi aku penasaran juga, akhirnya kulihat ke teras depan. Tidak ada orang, namun kudapati sekantung tas kresek warna hijau berisi sesuatu. Setelah kubuka ternyata gembili. Ohh, ini pesananku tadi pagi dari temen guruku yang juga bisnis online.
Ternyata benar, temen guruku itu WA, bahwa pesanan gembilinya dititipkan tetanggaku dan ditaruh di kursi teras rumahku. Terima kasih, Bu hajah juga ibu yang sudah mengantarkan gembili.
Alhamdulillah, rezeki cemilanku di tengah pandemi, untuk menemaniku menulis di malam ini.
Buah Gembili untuk daerah Gunungkidul dan sekitarnya ( Jawa Tengah , DIY ) menyebutnya. Atau buah kumili di daerah lain menamainya.
Dalam wikipedia, ensiklopedia Bahasa Indonesia, gembili atau bahasa ilmiahnya Dioscorea esculenta L. termasuk suku gadung-gadungan ( dioscoreaceae).
Tanaman gembili , saat ini merupakan tanaman yang hampir punah. Sudah jarang ditemukan di pasaran.
Tanaman gembili ini jaman dulu tumbuh subur di pekarangan atau tegalan / ladang milik penduduk/masyarakat di daerah pedesaan. namun kini jarang di jumpai lagi.
Gembili adalah tanaman yang termasuk umbi-umbian. Dengan bentuk tumbuhan yang merambat.
Indonesia merupakan negara kaya akan hasil berbagai jenis tanaman atau tumbuhan. Diantaranya gembili. Dalam resepkoki.id, disebutkan bahwa ada 13 jenis tanamam umbi-umbian. Dan tanaman umbi ini termasuk salah satu komoditas andalan negara kita, dengan harga yang terjangkau .
Jenis-jenis umbi-umbian tersebut yaitu, bawang merah, bawang putih, ubi jalar / ketela rambat atau tela pendhem dalam bahasa jawanya ( warna ungu, oren, kuning dan putih), singkong / tela sepe, talas / kimpul, gadung, ganyong, garut, dan gembili.
Gembili dapat tumbuh subur di daerah tropis terutama di Asia dengan curah hujan yang tinggi.Sehingga ada yang menyebut gembili dengan asiatic yum.
Di negara lain, contohnya daerah Kerala, India, gembili ini dibudidayakan secara luas.
Gembili dapat dibuat camilan ringan sebagai teman minum teh.Cara memasaknya sangat mudah. Yaitu dicuci bersih dulu. Kemudian direbus atau dikukus. Bisa ditambahkan sedikit garam agar lebih gurih dan berasa. Walaupun tidak ditambah garam dapurpun, gembili sudah enak rasanya, kenyal atau madhet , bahasa jawanya.
Selain itu gembili juga dapat dibuat berbagai olahan makanan ringan. Dalam satuharapan.com. oleh perkumpulan wanita di daerah Sleman, telah dilakukan ujicoba berbagai macam teknologi pengolahan tepung dari gembili.
Dimana tepung gembili dapat dipakai sebagai bahan pembuatan kue bolu kukus, kue kering, pangsit, donat, bakpao, dan lain-lain. Hal itu karena adanya sebuah penelitian yang telah dilakukan oleh Balitbang Pertanian, Yogyakarta.
Demikian sekilas pengetahuan tentang gembili, tanaman langka , tanaman alami rendah kalori, bakal menjadi primadona, apalagi di tengah pandemi ini. Selamat membudidayakan tanaman yang sudah langka. Agar tetap dapat kita nikmati dan dikenal oleh generasi selanjutnya.
Gunungkidul, Senin, 15 Juni 2020
Kalau di Lebak namanya Kumili. Saya juga buat artikelnya
BalasHapusiya bu aam, aku juga sudah baca yang kumili itu
BalasHapusAlhamdulilah.. Nyam nyam...
BalasHapusEnak mbk atik...kesinio...hehe
BalasHapusEnak mbk atik...kesinio...hehe
BalasHapusKirim donk gembilinya, di pasar Jonggol langka ini,.
BalasHapusIya mayor nani...sini juga sdh langka
HapusIya mayor nani...sini juga sdh langka
HapusIya mayor nani...sini juga sdh langka
Hapus