Rabu, 10 Maret 2021

RANGKUMAN MODUL MATEMATIKA (SELEKSI P3K)

 OLEH : ENIS

Bilangan Asli, Cacah dan Bulat

Konsep Dasar Bilangan Asli, Cacah dan Bulat

Bilangan adalah suatu unsur atau objek yang tidak didefinisikan (underfined term). Bilangan merupakan suatu konsep yang abstrak, bukan simbol, bukan pula angka. Bilangan menyatakan suatu nilai yang bisa diartikan sebagai banyaknya atau urutan sesuatu atau bagian dari suatu keseluruhan. Bilangan merupakan konsep yang abstrak, bukan simbol, dan bukan angka. Tanda-tanda yang sering ditemukan bukan suatu bilangan tetapi merupakan lambang bilangan. Lambang bilangan memuat angka dengan nilai tempat tertentu

Himpunan yang merupakan gabungan dari himpunan bilangan asli dengan lawannya dan juga bilangan nol disebut himpunan bilangan bulat. Bilangan asli tersebut dapat disebut juga bilangan bulat positif. Lawan dari bilangan asli tersebut dapat disebut bilangan bulat negatif

FPB dari dua bilangan positif adalah bilangan bulat terbesar yang membagi keduanya. Dinyatakan dengan 𝑎  = FPB (𝑎, 𝑏),
Kelipatan persekutuan terkecil dari dua bilangan bukan  nol 𝑎 𝑑𝑎𝑛 𝑏, KPK{𝑎, 𝑏} adalah bilangan bulat positif m yang memenuhi a│m dan b│m. KPK {𝑎, 𝑏} = axb

Senin, 08 Maret 2021

RANGKUMAN MODUL 1 PGSD P3K : BAHASA INDONESIA

 

OLEH : ENIS

 Pembelajaran 1 Ragam Teks dan Satuan Bahasa
Pembentuk Teks
Sumber: Modul Pendidikan Profesi Guru PGSD (PPG PGSD) Modul 1 Bahasa
Indonesia. Kegiatan Belajar 1 Ragam Teks dan Satuan Bahasa Pembentuk Teks.
Penulis: Prof. Tatat Hartati, M.Ed., Ph.D.
A. Kompetensi
Penjabaran model kompetensi yang selanjutnya dikembangkan pada kompetensi
guru bidang studi yang lebih spesifik pada pembelajaran 1. Pada pembelajaran ini
dibahas tentang Ragam Teks dan Satuan Bahasa Pembentuk Teks. Kompetensi
guru bidang studi Bahasa Indonesia PGSD yang akan dicapai pada pembelajaran
1 adalah guru P3K mampu menguasai materi berbagai ragam teks dan satuan
bahasa pembentuk teks.
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
Dalam rangka mencapai komptensi guru bidang studi, maka dikembangkanlah
indikator-indikator yang sesuai dengan tuntutan kompetensi guru bidang studi.
Indikator pencapaian kompetensi yang akan dicapai dalam pembelajaran 1 Ragam
Teks dan Satuan Bahasa Pembentuk Teks adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis berbagai ragam teks.
2. Menganalisis satuan bahasa pembentuk teks.
C. Uraian Materi
Pada pembelajaran 1 Anda akan mempelajari materi ragam teks yang mencakup
teks faktual, teks cerita, teks tanggapan, dan teks normatif. Selain itu, Anda juga
akan mempelajari materi satuan bahasa pembentuk teks yang mencakup kalimat
dan paragraf.

 Sebelum Anda mempelajari ragam teks lebih lanjut, bacalah beberapa teks di
bawah ini! Pahami isinya, kemudian diskusikan dengan teman Anda tentang: isi
teks, karakteristik masing-masing teks, dan bentuk teks tersebut.
Teks 1
Gudang Kardus di Cengkareng Terbakar, Diduga karena Hubungan
Pendek Arus Listrik
Sebuah gudang kardus di Jalan Peternakan Raya I, Cengkareng, Jakarta Barat
terbakar pada Jumat (23/10/2020) dini hari. Kebakaran diduga disebabkan oleh
hubungan pendek arus listrik. Kepala Seksi Operasional Sudin Penanggulangan
Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) Jakarta Barat, Eko Sumarmo
membenarkan hal tersebut ketika dikonfirmasi oleh Kompas.com, Jumat pagi.
Hingga, pukul 09.40, tim pemadam masih melakukan pendinginan di lokasi
kebakaran. "Betul, dan sekarang masih proses pendinginan," ujar Eko ketika
dikonfirmasi oleh Kompas.com, pada Jumat (23/10/2020).
Penulis : Sonya Teresa Debora
Editor : Jessi Carina
(Dimodifikasi dari: https://www.kompas.com/)
Teks 2.
Biografi H. Agus Salim
H. Agus Salim lahir di kota Gadang, Bukti Tinggi, Minangkabau pada 8 Oktober
1884 dengan nama Mashudul Haq yang berarti “pembella kebenaran”. Haji Agus
Salim merupakan anak dari pasangan Angku Sutan Mohammad Salim dan Siti
Zainab.
Ayahnya merupakan seorang kepala jaksa di Pengadilan Tinggi Riau. Haji Agus
Salim menikah dengan Zaenatun Nahar dan dikaruniai 8 anak.

 Setelah Anda membaca 4 teks di atas, apakah Anda paham isinya? Dapatkah
Anda menemukan perbedaan keempat teks tersebut, bagaimanakah karakteristik
masing-masing teks?
Keempat teks tersebut memang berbeda untuk lebih jelasnya pelajarilah uraian
berikut ini.
1. Ragam Teks
Ragam teks adalah macam atau jenis teks/naskah berupa kata-kata asli
pengarang, bahan tertulis untuk dasar memberikan pelajaran, berpidato, dan
sebagainya. Sementara itu, menurut Nurgiyantoro (2014) ragam teks adalah
macam atau tipe teks yang memiliki karakteristik umum. Hal tersebut sejalan

 dengan pendapat Mitchel (2003) yang mengemukakan bahwa ragam teks
merupakan kategori pengelompokan teks yang berdasarkan isi dan bentuk.
Berdasarkan pengertian ragam teks di atas dapat disimpulkan, ragam teks adalah
jenis teks berdasarkan pengelompokkannya dilihat dari isi dan bentuk teks di
antaranya macam-macam atau jenis-jenis teks. Jenis teks yang akan dibahas
terdiri atas: teks faktual, teks tanggapan, dan teks cerita.
a. Teks Faktual
Sebelum mempelajari

Bagaimanakah hasil Anda membandingkan dua teks tersebut, apa yang Anda
ketahui? Apakah teks kedua berisi data dan fakta? Apakah teks kedua bersifat
nyata dan benar-benar terjadi?
Benar, pada teks pertama tidak ditemukan adanya data dan fakta. Selain itu,
kejadian yang diceritakan pun bukanlah kejadian yang bersifat nyata, tapi bersifat
fiktif. Teks pertama tidak termasuk ke dalam teks faktual. Sebaliknya, pada teks
kedua terdapat data dan fakta.
Fakta dalam contoh di atas terdapat dalam data yang diambil dari IDI, yang
terdapat dalam paragraf kedua. “Terhitung per-Kamis 15 Oktober 2020, Ikatan
Dokter Indonesia (IDI) mencatat ada total 136 dokter meninggal akibat Covid-19.
Terdiri dari 71 dokter umum, 63 dokter spesialis, dan dua dokter residen. Tersebar
dari 18 wilayah provinsi dan 66 wilayah kota/kabupaten. Hingga 10 November
2020, tercatat 323 tenaga medis meninggal”.
Opini dalam teks tersebut terdapat dalam kalimat di paragraf akhir yaitu “Jumlah
kematian tenaga medis yang terus meningkat, indikasi bahwa pemerintah dan
masyarakat kurang berempati pada perjuangan mereka”. Kalimat tersebut
merupakan pandangan pribadi dari penulis teks tersebut.
Agar pemahaman Anda tentang teks faktual lebih jelas, berikut ini akan diuraikan
tentang pengertian teks faktual, macam-macam teks faktual beserta contohnya.
Teks faktual adalah teks yang berisi tentang kejadian/ berita yang terpercaya,
bersifat nyata benar-benar tejadi, tetapi tidak terikat dengan waktu. Dengan kata
lain, suatu kejadian yang faktual bisa terjadi di masa lalu atau pun masa sekarang.
Menurut Mahsun (2018), teks genre faktual dapat dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu teks deskripsi dan teks prosedur/arahan. Agar lebih jelas kedua genre
tersebut akan diuraikan di bawah ini.
1) Teks Deskripsi
Bacalah teks berikut ini! Lalu bandingkan antara teks kesatu dan teks kedua dSetelah Anda membandingkan dua buah teks tersebut, apakah Anda menemukan
perbedaan antara teks kesatu dan teks kedua?
Benar, teks kesatu berisi pendapat penulis tentang rendah hati, dalam bergaul
agar banyak memiliki teman kita harus memiliki sifat rendah hati dan tidak
sombong. Sedangkan teks kedua berisi gambaran spesifik taman mini Indonesia
indah (TMII). Jadi teks kesatu tidak termasuk ke dalam teks deskripsi, sedangkan
teks kedua adalah teks deskripsi. Agar lebih jelas, berikut ini akan diuraikan
pengertian teks deskripsi beserta contohnya.
Menurut Henry Guntur Tarigan (1994), pengertian deskripsi adalah tulisan yang
bisa melukiskan sebuah kisah yang bertujuan untuk mengajak pembaca agar bisa
memahami, merasakan dan menikmati objek yang dibicarakan seperti suasana
hati, aktivitas dan sebagainya. Gambaran yang dipaparkan dalam teks ini haruslah
yang spesifik menjadi ciri keberadaan objek yang digambarkan. Teks deskripsi
tidak dapat digeneralisasi karena lebih bersifat penggambaran ciri khusus objek
yang dideskipsikannya. Berbeda dengan teks laporan penggambaran pada teks
laporan dapat digeneralisasi. Teks deskripsi memiliki struktur berpikir yaitu:
pernyataan umum dan uraian setiap bagian-bagiannya (Mahsun, 2018). Contoh
jelasnya, dapat dilihat pada bagan berikut.
Tabel 3 Contoh Teks DeskripsiiSebuah teks, tentu memiliki struktur yang membentuk teks. Struktur pembentuk teks
ini diikat oleh benang pengikat yang berupa pengulangan konstruksi “...Pantai
Jumiang...”, “..ombak..” dan lain-lain. Untuk mengikat bagian-bagian yangdideskripsikan, penulis menguraikannya secara berturut-turut dengan menggunakan
petunjuk arah: “...barat...”, “...selatan...” dan “...utara...”.
Berikut adalah teks deskripsi, silakan Anda analisis teks deskripsi tersebut seperti
contoh di atas.2) Teks Prosedur/ Arahan
Teks prosedur/arahan merupakan jenis teks yang termasuk genre faktual,
subgenre prosedural. Menurut Mahsun (2018), “Tujuan sosial teks ini adalah
mengarahkan atau mengajarkan tentang langkah-langkah yang telah ditentukan.
”Jenis teks ini lebih menekankan pada aspek bagaimana melakukan sesuatu, yang
dapat berupa salah satunya percobaan atau pengamatan. Teks ini memiliki
struktur berpikir: judul, tujuan, daftar bahan (yang diperlukan untuk mencapai
tujuan), urutan tahapan pelaksanaan, pengamatan, dan simpulan. Untuk lebih
jelasnya dapat dicermati contoh teks berikut.
Tabel 4 Contoh Teks Prosedur/Arahan
bawah ini! 

 a. Teks Tanggapan
Teks tanggapan adalah teks yang berisi sambutan terhadap ucapan (kritik,
komentar, dan sebagainya) dan apa yang diterima oleh pancaindra, bayangan
dalam angan-angan. Teks genre ini dapat dibedakan menjadi dua buah teks, yaitu
teks eksposisi dan teks ekplanasi (Mahsun, 2018, & Tim Sergu dalam jabatan,
2017).
1) Teks Eksposisi
Teks Eksposisi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menguraikan objek
sehingga memperluas pandangan atau pengetahuan pembaca. Tujuan utamanya
adalah untuk memberitahukan dan memberi informasi mengenai suatu objek
tertentu. (Keraf, 1995:7). Pengertian teks eksposisi adalah tulisan yang tujuan
utamanya mengklarifikasi, menjelaskan, mendidik, atau mengevaluasi sebuah
persoalan (Alwasilah, 2005:111).
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan teks eksposisi adalah
teks yang memaparkan, menjelaskan, menyampaikan informasi, sesuatu, teks ini
biasanya digunakan untuk menyajikan pengetahuan dan proses terjadinya
sesuatu.Struktur berpikir yang menjadi muatan teks ekposisi adalah: tesis/ pernyataan
pendapat dan alasan/ argumentasi, serta pernyataan ulang pendapat. Untuk lebih
jelasnya dapat terlihat di dalam contoh berikut.
Tabel 5 Contoh Teks Eksposisi

 “...kelima...”, konjungsi ini relatif sama dengan konjungsi yang digunakan pada
teks genre cerita dan genre faktual: prosedur. Hanya bedanya, konjungsi pada
teks eksposisi digunakan untuk mengurut alasan-alasan yang digunakan untuk
memperkuat pendapat, sedangkan pada kedua genre tersebut masing-masing
digunakan untuk mengurutkan peristiwa yang dialami oleh tokoh utama dan untuk
mengurut tahapan pelaksanan percobaan.

 2) Teks Eksplanasi
Teks Eksplanasi merupakan sebuah teks yang menerangkan atau menjelaskan
mengenai suatu proses atau fenomena alam maupun sosial. (Restuti, 2013). Teks
eksplanasi memiliki fungsi sosial menjelaskan atau menganalisis proses muncul
atau terjadinya sesuatu. Tujuan dari teks ini adalah memaparkan sesuatu agar
bertambah pengetahuan. Oleh karena itu, menurut Mahsun (2018), “Teks
Ekplanasi memiliki struktur berpikir: judul, pernyataan umum, deretan penjelas,
dan interpretasi.”

 Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan teks eksplanasi adalah teks yang
menjelaskan tentang terjadinya fenomena alam maupun sosial. Untuk lebih
jelasnya marilah kita lihat contoh di bawah ini.
Tabel 6 Contoh Teks Eksplanasi
Struktur Teks Teks
Judul Definisi Penelitian Bahasa
Pernyataan
Umum
Untuk menjelaskan pengertian penelitian bahasa, tidak
dapat dilepaskan dari pengertian penelitian ilmiah itu
sendiri. Hal itu disebabkan, bahwa bunyi tutur atau bahasa
merupakan objek dari salah satu bidang ilmu pengetahuan,
dalam hal ini linguistik. Penelitian ilmiah, seperti yang
dinyatakan oleh Karlinger (1993) adalah penelitian yang
sistematis, terkontrol, empiris, dan kritis terhadap proposisiproposisi
hipotesis tentang hubungan yang diperkirakan
terdapat antargejala alam. Berdasarkan batasan penelitian
ilmiah di atas dapat dikemukakan bahwa yang
dimaksudkan dengan penelitian bahasa adalah penelitian
yang sistematis, terkontrol, empiris, dan kritis terhadap
objek sasaran yang berupa bunyi tutur (bahasa).
Penjelasan 1 Penelitian terhadap objek sasaran yang berupa bunyi tutur
atau bahasa itu dikatakan sistematis, maksudnya bahwa
penelitian itu dilakukan secara sistematis dan terencana.Seperti halnya teks-teks lain di atas, keseluruhan struktur teks eksplanasi juga
diikat oleh piranti yang berupa pengulangan/repetisi, misalnya pengulangan
konstruksi “sistematis”, terkentrol, empiris, dan kritis yang muncul pada setiap
paragraf pengisi struktur penjelas teks. Selain penggunaan piranti berupa
pengulangan bentuk juga kekohesian dan kekoherensian teks dijaga dengan
menggunakan konjungsi penghubung berupa, misalnya: “adapun, selain itu...”
Sekarang Anda silakan membaca teks eksplanasi berikut ini lalu dianalisis sesuai
contoh di atas, sebagai latihan Anda.b. Teks Cerita
Teks cerita adalah teks yang menuturkan bagaimana terjadinya suatu hal,
peristiwa, mengisahkan kejadian yang telah ada, perbuatan, pengalaman yang
dinamis dalam suatu rangkaian waktu. (Keraf, 2001 dan KBBI, 2018). Teks cerita
termasuk genre sastra dalam jenis teks tunggal (teks cerita).
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan teks cerita adalah tulisan atau
rangkaian kata yang dibuat menjadi sebuah kisah atau cerita. Teks cerita terdiri

 dari teks cerita ulang, anekdot, eksemplum, dan naratif. Untuk keempat jenis teks
tersebut akan dikutip teks hasil modifikasi oleh Santosa (2013) dan dikembangkan
oleh Mahsun (2018).
1) Teks Cerita Ulang
Teks cerita ulang adalah suatu teks yang bercerita kepada pembaca tentang suatu
cerita, aksi, dan kegiatan yang lalu. Tujuan komunikatif teks cerita ulang adalah
memberitahukan peristiwa, kejadian atau aktivitas yang sudah terjadi pada waktu
lampau dalam suatu urutan dengan kronologis untuk memberikan informasi atau
memberikan hiburan kepada para pembaca.
Menurut Mahsun (2018), “Teks cerita ulang memiliki tujuan sosial menceritakan
kembali peristiwa pada masa lalu agar tercipta semacam hiburan atau
pembelajaran berdasarkan pengalaman masa lalu bagi pembaca atau
pendengarnya.” Teks ini memiliki struktur judul, pengenalan/orientasi, dan
rekaman kejadian.

 b. Teks Cerita
Teks cerita adalah teks yang menuturkan bagaimana terjadinya suatu hal,
peristiwa, mengisahkan kejadian yang telah ada, perbuatan, pengalaman yang
dinamis dalam suatu rangkaian waktu. (Keraf, 2001 dan KBBI, 2018). Teks cerita
termasuk genre sastra dalam jenis teks tunggal (teks cerita).
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan teks cerita adalah tulisan atau
rangkaian kata yang dibuat menjadi sebuah kisah atau cerita. Teks cerita terdiri

 dari teks cerita ulang, anekdot, eksemplum, dan naratif. Untuk keempat jenis teks
tersebut akan dikutip teks hasil modifikasi oleh Santosa (2013) dan dikembangkan
oleh Mahsun (2018).
1) Teks Cerita Ulang
Teks cerita ulang adalah suatu teks yang bercerita kepada pembaca tentang suatu
cerita, aksi, dan kegiatan yang lalu. Tujuan komunikatif teks cerita ulang adalah
memberitahukan peristiwa, kejadian atau aktivitas yang sudah terjadi pada waktu
lampau dalam suatu urutan dengan kronologis untuk memberikan informasi atau
memberikan hiburan kepada para pembaca.
Menurut Mahsun (2018), “Teks cerita ulang memiliki tujuan sosial menceritakan
kembali peristiwa pada masa lalu agar tercipta semacam hiburan atau
pembelajaran berdasarkan pengalaman masa lalu bagi pembaca atau
pendengarnya.” Teks ini memiliki struktur judul, pengenalan/orientasi, dan
rekaman kejadian.Pada teks cerita ulang terlihat bahwa rentetan peristiwa yang dialami tokoh Lebai
Malang ditata dengan menggunakan konjungsi yang menunjukkan urutan
peristiwa. Mulai dari penggunaan konjungsi “pertama” lalu “akhirnya”. Konjungsi
pengurutan peristiwa menjadi salah satu benang pengikat yang menyatukan
antarparagraf pembentuk teks tersebut. Selain menggunakan konjungsi, teks
diikat oleh piranti penyatuan yang berupa pengulangan dalam bentuk anaforis: “ia”
atau “-nya” yang merujuk pada “Lebai Malang”. Patut ditambahkan, bahwa pada
teks penceritaan ulang atau rekon, gagasan/pikiran tentang “masalah” dimuat
dalam satu struktur teks, yaitu struktur rekaman kejadian.
Sekarang Anda silakan membaca teks cerita ulang berikut ini lalu dianalisis sesuai
contoh di atas, sebagai latihan Anda.
Ranting Pohon dari Tuhan

 2) Teks Anekdot
Teks anekdot ialah sebuah teks yang berisi pengalaman seseorang yang tidak
biasa, pengalaman tersebut disampaikan kepada orang lain dengan tujuan untuk
menghibur pembaca atau pendengar(Muthiah:2012). Anekdot dapat diartikan
sebagai cerita rekaan yang tidak harus didasarkan pada kenyataan yang terjadi di
masyarakat (Oktarisa, 2014). Teks anekdot memiliki tujuan sosial yang sama
dengan teks cerita ulang (Mahsun, 2018). Hanya saja, peristiwa yang ditampilkan
membuat pasrtisipan yang mengalaminya merasa jengkel atau konyol (Wiratno,
2014). Teks ini memiliki struktur berpikir: judul, pengenalan/orientasi,
krisis/masalah, reaksi.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan teks anekdot adalah teks yang
menceritakan suatu kejadian yang tidak biasa dan lucu, cerita ini bisa berupa
rekaan atau berdasarkan kenyataan.
Tabel 8 Contoh Teks Anekdot

 Teks anekdot di atas memperlihatkan penggunaan konjungsi dan piranti pengikat
teks, bertujuan agar seluruh struktur teks menjadi padu sama dengan teks
penceritaan ulang/ rekon. Masalah yang muncul serta pemecahannya tercantum
dalam struktur yang sama, yaitu pada struktur: masalah/krisis. Bedanya, pada teks
penceritaan ulang berakhir dengan kejadian tanpa ditampakkan reaksi pelaku
terhadap peristiwa yang dialaminya, sedangkan pada teks anekdot reaksi pelaku
atas peristiwa yang dialaminya ditampakkan secara eksplisit. Itu sebabnya, pada
teks tipe ini memiliki struktur teks tambahan yang berupa struktur reaksi.
Sekarang Anda silakan membaca teks anekdot berikut ini lalu dianalisis sesuai
contoh di atas, sebagai latihan Anda.

 3) Eksemplum
Teks eksemplum merupakan teks cerita tentang perilaku atau tokoh dari sebuah
cerita. Ceritanya diawali dengan pengenalan tokoh, setelah itu membahas
peristiwa apa saja yang dilalui oleh tokoh dan diakhiri dengan interpretasi dari
dalam diri tokoh tersebut. Pendapat Mahsun (2018), “Teks ini memiliki tujuan sosial
menilai perilaku atau karakter dalam cerita. Itu sebabnya, teks ini memiliki struktur:

judul, pengenalan/orientasi, kejadian/insiden, dan interpretasi.” Untuk jelasnya
dapat dicermati teks berikut ini.
Tabel 9 Contoh Teks Eksemplum 

 Seperti halnya kedua teks genre cerita yang dipaparkan di atas, teks eksemplum
juga memanfaatkan konjungsi dan piranti pengikat struktur teks lainnya agar
keseluruhan struktur teks menjadi padu. Masalah yang muncul serta
pemecahannya tercantum di dalam struktur yang sama, yaitu pada struktur:
masalah/krisis/insiden.

Bedanya, teks penceritaan ulang berakhir dengan kejadian tanpa ditampakkan
reaksi pelaku terhadap peristiwa yang dialaminya, dan pada teks anekdot terdapat
reaksi pada peristiwa yang dialami tokoh, maka pada teks eksemplum bukan
reaksi individu pelaku utama terhadap peristiwa tetapi peristiwa yang berupa
pesan moral dari kejadian yang dialami tokoh utama.
Pesan itu tidak terkait dengan tokoh utama tetapi terkait dengan pihak partisipan
yang mendengar atau membaca cerita. Dengan demikian, struktur akhir teks itu
adalah interpretasi penulis terhadap kejadian yang dialami pelaku, dan diharapkan
dapat menjadi bahan renungan moralitas bagi partisipan.
Sekarang Anda silakan membaca teks eksemplum berikut ini lalu dianalisis sesuai
contoh di atas, sebagai latihan Anda.
Kesombongan Kupu-Kupu

4) Naratif
Narasi merupakan bentuk percakapan atau tulisan yang bertujuan menyampaikan
atau menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia berdasarkan
perkembangan dari waktu ke waktu (Remini (2007).Teks tipe ini, sama dengan
ketiga teks genre cerita yang dipaparkan sebelumnya. Menurut Mahsum (2018),
“Teks naratif model penceritaan pada teks tipe ini, antara masalah dengan
pemecahan masalah tidak menyatu dalam satu struktur teks seperti pada teks
penceritaan ulang, anekdot, dan eksemplum.” Ia terpisah dalam struktur teks yang
berbeda. Itu sebabnya, teks tipe ini memiliki struktur berpikir: judul,
pengenalan/orientasi, masalah/komplikasi, dan pemecahan masalah.
Tabel 10 Contoh Teks Naratif
Struktur Teks Teks
Judul Kisah Yunus yang Terjangkit Virus Corona 

 2. Satuan Bahasa Pembentuk Teks
Masih ingatkah Anda, apa yang dimaksud dengan satuan bahasa pembentuk
teks? Untuk membantu Anda mengingat kembali konsep tentang satuan bahasa
pembentuk teks, bacalah penggalan teks di bawah ini.
Membuat Batik Tulis
Proses pembuatan batik tulis adalah proses yang membutuhkan teknik,
ketelitian, dan kesabaran yang tinggi. Batik sebagai warisan budaya yang
agung perlu kita lestarikan. Dengan latihan yang tekun dan semangat
melestarikan budaya, kita dapat belajar membuat batik tulis.
(Sumber: Kosasih & Kurniawan, 2019)
Menurut Anda, unsur bahasa apa sajakah yang membentuk teks tersebut? Apakah
Anda menemukan kata, frasa, klausa, kalimat, dan paragraf?
Benar, satuan bahasa pembentuk teks terdiri atas kata, frasa, klausa, kalimat, dan
paragraf. Agar lebih jelas, berikut diuraikan satuan bahasa pembentuk teks
beserta contohnya.
a. Kalimat
Kalimat merupakan unsur terkecil dari ujaran atau wacana yang mengungkapkan
pikiran yang utuh secara ketatabahasaan (Kridalaksana, 2001). Keraf menjelaskan
kalimat adalah satuan gramatikal yang disusun oleh konstituen dasar dan intonasi
final. Konstituen dasar itu dapat berupa klausa, frase, maupun kata (Keraf, 2000).
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan kalimat adalah satuan gramatikal
yang disusun untuk mengungkapkan pikiran yang utuh secara ketatabahasaan
dan disusun oleh konstituen dasar berupa klausa, frase, maupun kata.
Contohnya:

1) Anis sedang memasak (klausa)
2) sedang memasak (frase)
3) memasak (kata)
Kalimat di atas jika dilafalkan maka akan jelas peranan intonasi final dalam
menentukan status kalimat. Kalimat satuan sintaksis dapat diperluas dengan
menambah klausa dengan sifat hubungan parataktis koordinatif atau subordinatif.
a) Klasifikasi kalimat
Berdasarkan jumlah klausanya, kalimat dibedakan menjadi kalimat tunggal,
kalimat bersusun, dan kalimat majemuk.
(1) Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri dari satu klausa bebas. Contoh:
(a) Kami pergi ke Jakarta.
(b) Pertandingan itu berjalan menarik.
(c) Devi sedang mengerjakan tugas kuliah di kamar.
(2) Kalimat bersusun
Kalimat bersusun adalah kalimat yang terjadi dari satu klausa bebas dan sekurangkurangnya
satu kalimat terikat. Ada beberapa sebutan untuk sebutan kalimat
bersusun, misalnya kalimat majemuk bertingkat, atau kalimat majemuk
subordinatif.
Contoh:
(a) Mukhlis menjadi terkenal, sejak ia menjuarai lomba matematika di tingkat
nasional.
(b) Meida belajar dengan tekun supaya tahun depan ia lulus ujian.
(c) Bunda tidak semarah itu seandainya adik meminta maaf.
(3) Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang terjadi dari beberapa klausa bebas yang
disebut juga sebagai kalimat setara.
Contoh:
(a) Anna memenangkan lomba mewarnai dan Ade memenangkan lomba
baca puisi.
(b) Malihah mau dibelikan sepatu roda atau sepeda. 

 Berdasarkan struktur klausanya, kalimat dibedakan menjadi:
(1) Kalimat Lengkap
Kalimat lengkap adalah kalimat yang mengandung klausa lengkap. Sekurangkurangnya
terdapat unsur objek dan predikat.
Contoh:
(a) Pak Irfandi mengajar bahasa Indonesia di kelas.
(b) Triyanur membaca buku di perpustakaan sekolah.
(2) Kalimat Tidak Lengkap
Kalimat tidak lengkap adalah kalimat yang hanya terdiri dari subjek saja, predikat
saja, objek saja, atau keterangan saja.
Contoh:
(a) Makan?
(b) Selamat belajar!
(c) Lula!
Berdasarkan amanat wacana, kalimat dibedakan menjadi:
(1) Kalimat deklaratif
Kalimat deklaratif adalah kalimat yang mengandung intonasi deklaratif yang dalam
ragam tulis diberi tanda titik.
Contoh:
(a) Kami belajar dengan tekun.
(b) Saya membahas soal latihan setiap hari.
(2) Kalimat introgatif
Kalimat introgatif adalah kalimat yang mengandung intonasi introgatif, yang dalam
ragam tulis biasanya diberi tanda tanya.
(a) Apakah Adik sudah belajar?
(b) Kapan Saudara membahas soal-soal ini?
(3) Kalimat imperatif
Kalimat imperatif adalah kalimat yang mengandung intonasi imperatif yang dalam
ragam tulis biasanya diberi tanda seru.

(a) Belajarlah dengan tekun!
(b) Tertib di dalam kelas!
(4) Kalimat aditif
Kalimat aditif adalah kalimat terikat yang bersambung pada kalimat pernyataan,
berupa kalimat lengkap atau tidak.
Contoh:
(a) Sudah bulan Ramadhan, Ia belum juga datang.
(b) Hanya belum punya anak.
(5) Kalimat responsif
Kalimat responsif adalah kalimat terikat yang bersambung pada kalimat
pertanyaan, berupa kalimat lengkap atau tidak.
Contoh:
(a) Baik!
(b) Sehat selalu!
(6) Kalimat interjektif
Kalimat interjektif adalah kalimat yang dapat terikat atau tidak. Contoh:
(a) Akhirnya selesai juga tugas ini!
(b) Semoga sehat selalu!
Berdasarkan pembentukan kalimat dari klausa inti dan perubahannya, kalimat
dibedakan menjadi kalimat inti dan kalimat noninti.
(1) Kalimat Inti
Kalimat inti adalah kalimat yang dibentuk dari klausa inti yang lengkap, bersifat
deklaratif, aktif, atau netral. Biasanya disebut kalimat dasar.
Contoh:
(a) FN + FV : Ibu memasak
(b) FN + FV + FN: Kami belajar bahasa Indonesia
(c) FN + FN : Saya guru.
(2) Kalimat Noninti 

 Kalimat ini dapat diubah menjadi kaliat noninti dengan berbagai proses transforasi;
pemasifan, pengingkaran, penanyaan, pemerintahan, pelepasan, dan
penembahan.
Contoh:
(a) Buku dibaca oleh Rizky.
(b) Rizky tidak membaca buku.
(c) Apakah Rizky membaca buku?
Berdasarkan jenis klausa, kalimat dibedakan atas kalimat verbal dan kalimat
nonverbal.
(1) Kalimat verbal
Kalimat verbal adalah kalimat yang dibentuk dari klausa verbal. Contoh:
(a) Mazdha menulis surat,
(b) Bunda bertamu ke rumah sepupu.
(c) Surat ditulis Azizah.
(2) Kalimat nonverbal
Kalimat nonverbal adalah kalimat yang dibentuk oleh klausa nonverbal sebagai
kontituen dasarnya.
Contoh:
(a) Nenekku pensiunan guru.
(b) Mereka di kamar depan.
(c) Ibu guru cantik sekali.
Berdasarkan fungsi kalimat sebagai pembentuk paragraf, kalimat dibedakan atas:
(1) Kalimat Bebas
Kalimat bebas adalah kalimat yang mempunyai potensi untuk menjadi ujaran
lengkap, atau kalimat yang dapat memulai sebuah paragraf, wacana tanpa
konteks lain yang memberi penjelasan.
(2) Kalimat Terikat
Kalimat terikat adalah kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai ujaran
lengkap.
Contoh:
Sekarang di Riau sukar mencari terubuk (a). Jangankan ikannya, telurnya pun
sangat sukar diperoleh (b). Kalau pun bisa diperoleh, harganya melambung

selangit (c). Makanya, ada kecemasan masyarakat nelayan di sana bahwa terubuk
yang spesifik itu akan punah (d).
Kalimat (a) pada teks di atas adalah contoh kalimat bebas. Tanpa harus diikuti
kalimat (b), (c), dan (d), kalimat sudah dapat menjadi ujaran lengkap yang bisa
dipahami. Sedangkan kalimat (b), (c), dan (d) adalah kalimat terikat. Ketiga kalimat
itu secara sendiri-sendiri tidak dapat dipahami, sehingga tidak dapat berdiri sendiri
sebagai sebuah ujaran.
b. Paragraf
Paragraf dapat diartikan sebagai satuan gagasan di dalam bagian suatu wacana,
yang dibentuk oleh kalimat-kalimat yang saling berhubungan dalam mengusung
satu kesatuan pokok pembahasan. Dengan demikian, paragraf merupakan satuan
bahasa yang lebih besar daripada kalimat. Namun, paragraf juga masih
merupakan bagian dari satuan bahasa lainnya, yaitu wacana. Sebuah wacana
umunya dibentuk lebih dari satu paragraf. (Kosasih & Hermawan, 2012).
Secara umum, paragraf dibentuk oleh unsur gagasan pokok dan beberapa
gagasan penjelas. Selain itu, ada unsur yang disebut kalimat utama dan kalimat
penjelas. Hubungan kalimat utama dengan kalimat penjelas sering kali
memerlukan kehadiran unsur lain yang berupa kata penghubung atau konjungsi.
Berikut disajikan diagram unsur-unsur paragraf.
Gambar 2. Unsur-unsur Paragraf
Unsur-unsur
paragraf
Gagasan utama Gagasan
penjelas
Kalimat utama
Kalimat penjelas

 1) Gagasan Pokok dan Gagasan Penjelas
Secara umum, paragraf dibentuk oleh dua unsur, yakni gagasan pokok dan
beberapa gagasan penjelas.
a) Gagasan pokok merupakan gagasan yang menjadi dasar pengembangan
suatu paragraf. Dengan demikian, fungsinya sebagai pokok, patokan, atau
dasar acuan pengembangan suatu paragraf.
b) Gagasan penjelas merupakan gagasan yang berfungsi menjelaskan
gagasan pokok. Penjelasannya, bisa dalam bentuk uraian-uraian kecil,
contoh-contoh, atau ilustrasi, kutipan-kutipan, dan sebagainya (Kosasih,
2012).
Berikut contoh pola hubungan gagasan pokok dengan gagasan penjelas. Adapun
pengembangannya ke dalam bentuk paragraf adalah sebagai berikut.
Tabel 11 Pola Pengembangan Gagasan Pokok dengan Gagasan Penjelas
Pola 1: Deduktif Pola 2: Induktif
Gagasan pokok Gagasan penjelas Gagasan penjelas Gagasan pokok
Laut mempunyai
beberapa
kelebihan
dibandingkan
darat.
1. Suhu tidak
berubah-ubah
1. Seorang harus
datang ke bank
dengan memenuhi
segala
persyaratannya.
Telebanking
merupakan
inovasi baru untuk
mempermudah
para nasabah
melakukan
berbagai kegiatan
transaksi
perbankan.
2. Air yang cukup
tersedia
2.Seorang nasabah
yang mau
mentransfer dana
ke rekening lain,
harus datang ke
bank
dengan
memenuhi
segala
persyaratan

Pengembangan pola gagasan pokok dan gagasan penjelas dalam bentuk paragraf
sebagai berikut:
a) Sebagai tempat hidup, laut mempunyai kelebihan dibandingkan darat.
Kelebihan-kelabihan laut, antara lain, suhu yang kurang berubah-ubah,
dukungan yang lebih banyak untuk melawan gravitasi bumi, air yang cukup
tersedia. Dengan air yang cukup tersebut, makhluk hidup di laut dapat
menyerap air secara langsung masuk sistem tubuh. Makhluk hidup di laut
dapat memperoleh oksigen dan karbon.
b) Pada masa lalu bila seseorang ingin menabung atau mengambil uang di
bank, dia harus datang ke bank tersebut dengan memenuhi segala
persyaratannya. Demikian juga bila seorang nasabah mau mentransfer
dana ke rekening lain, dia harus datang ke bank tersebut dengan
memenuhi segala persyaratannya. Segala transaksi harus dilakukan di
tempat bank itu berada. Sekarang, para nasabah bank dipermudah dengan
teknik layanan baru. Bila mau mengadakan transaksi mulai dari menabung,
mengambil uang, mengecek saldo akhir, hingga membayar rekening
telepon, dan lain-lain dapat dilakukan dari jarak jauh, tinggal tekan tombol.
Telebanking merupakan inovasi baru untuk mempermudah para nasabah
melakukan berbagai kegiatan transaksi perbankan (Kosasih & Hermawan,
2012).

 2) Kalimat Utama dan Kalimat Penjelas
Kalimat utama merupakan kalimat yang menjadi tempat dirumuskannya
gagasan pokok. Letaknya bisa di awal, di tengah, ataupun di akhir paragraf.
Ada pula kalimat utama yang berada di awal dan di akhir paragraf secara
sekaligus. Walaupun terdapat pada dua kalimat, tidak berarti paragraf itu
memiliki dua gagasan pokok, gagasan pokok paragraf tersebut tetap satu.
Adapun keberadaan kedua kalimat utama hanya saling menegaskan: kalimat
pertama menegaskan kalimat terakhir ataupun sebaliknya (Kosasih, 2012).
Sementara itu kalimat penjelas merupakan kalimat yang menjadi tempat
dirumuskannya gagasan penjelas. Satu kalimat utama lazimnya mewakili satu
gagasan penjelas.
Bacalah paragraf di bawah ini.
Proses penemuan fotokopi bukan karena ditunjang oleh fasilitas yang
memadai, tetapi karena ketekunan. Sang penemu terbiasa mengatur waktu
kosongnya yang relatif singkat. Ketika menginjak usia 29 tahun, dia sudah
mulai mengadakan penelitian tentang berbagai efek cahaya atas berbagai
bahan guna memindahkan suatu tulisan dari satu lembar ke lembar lain.
Karena itu, dia mulai bereksperimen di apartemennya dengan menggunakan
efek fotoelektrik untuk mengadakan pengadaan.Tiap menjelang tidur
malam, dia membaca buku yang dipinjamnya dari perpustakaan.
Gagasan pokok paragraf tersebut adalah proses penemuan fotokopi karena
ketekunan. Gagasan tersebut terdapat dalam kalimat pertama. Kalimatkalimat
yang ada di bawahnya mengandung gagasan penjelas, yang
fungsinya membuktikan tentang bagaimana ketekunan si penemu fotokopi itu.
Dijelaskan bahwa penemu fotokopi itu rajin mengadakan penelitian dan rajin
membaca buku walaupun waktu yang dimilikinya sangat sempit (Kosasih,
2012).
3) Hubungan Unsur-Unsur Paragraf
Tabel berikut mengemukakan secara lebih jelas tentang hubungan gagasan
pokok dengan gagasan penjelas serta kalimat utama dengan kalimat penjelas.
Tabel 12 Hubungan Gagasan Pokok dengan Kalimat Utama

 Hubungan antarunsur paragraf, terutama kalimat utama dengan kalimat
penjelas atau kalimat penjelas dengan kalimat penjelas lainnya, sering
menggunakan kata penghubung atau konjungsi. Konjungsi yang berfungsi
menggabungkan kalimat-kalimat itu sering disebut konjungsi antarkalimat.
Dalam paragraf di atas, tampak satu contoh konjungsi antarkalimat, yakni
dengan, demikian. Contoh konjungsi antarkalimat lainnya adalah biarpun
demikian, setelah itu, sebaliknya, oleh sebab itu, dan kecuali itu.
4) Ciri-ciri Paragraf yang Baik
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menulis sebuah paragraf.
a) Kepaduan Paragraf
Kepaduan paragraf adalah keeratan ataupun kekompakan hubungan antarunsurunsur
paragraf, baik itu antarkalimat utama dengan kalimat penjelasnya ataupun
antarkalimat penjelas itu sendiri. Kepaduan itu harus tampak dalam isi serta dalam
bentuknya. Dengan demikian, kepaduan suatu paragraf mencakup dua hal, yakni
kepaduan isi dan kepaduan bentuk.

 (1) Kepaduan isi
Kepaduan isi atau koheren adalah kekompakan sebuah paragraf yang dinyatakan
oleh kekompakan kalimat-kalimat di dalam mendukung satu gagasan pokok.
Sebuah paragraf memenuhi syarat kepaduan isi apabila kalimat-kalimat dalam
paragraf tersebut tidak melenceng dari gagasan pokoknya. Misalnya, kalimat
awalnya membahas masalah bencana alam, namun dalam kalimat keduanya
membahas musim durian.
Kepaduan isi ditandai pula oleh hubungan kalimat yang satu dengan yang lainnya
berdasarkan penalaran atau kelogisan. Perhatikan contoh berikut!
Contoh:
Pak Amat mengidap kanker paru-paru. Oleh sebab itu, ia banyak merokok.
Cuplikan tersebut menyatakan hubungan sebab-akibat. Namun demikian,
hubungan tersebut tidak logis. Ketidaklogisan tersebut terletak pada penggunaan
konjungsi sebab itu, yang berarti kanker merupakan penyebab seseorang banyak
merokok. Padahal justru sebaliknya: banyak merokok dapat menyebabkan kanker.
(2) Kepaduan Bentuk
Kepaduan bentuk dalam suatu paragraf dapat dilakukan dengan cara-cara berikut.
(a) Penggunaan konjungsi
Misalnya:
• biarpun begitu, namun untuk menyatakan hubungan pertentangan dengan
kalimat sebelumnya;
• sesudah itu atau kemudian untuk menyatakan hubungan kelanjutan dari
peristiwa sebelumnya;
• selain itu untuk menyatakan hal lain di luar yang telah dinyatakan
sebelumnya;
• sebaliknya untuk menyatakan kebalikan dari yang dinyatakan
sebelumnya;
• sesungguhnya untuk menyatakan keadaan yang sebenarnya.
(b) Pengulangan kata atau frasa
Misalnya:

Anak-anak biasanya mudah terkena ETS. Hal ini karena pada anak-anak
saluran pernapasan mereka lebih kecil dan bernapas lebih cepat daripada
orang tua.
• Minyak bumi adalah sumber energy yang tidak terbarukan. Artinya, minyak
bumi yang telah dipakai tidak didaur ulang.
(c) Pemakaian kata ganti atau kata yang sama maknanya
Contoh:
Putri penyair kenamaan itu makin besar juga. Gadis itu sekarang duduk di sekolah
menengah.
(d) Pemakaian kata yang berhiponim
yaitu kata yang merupakan bagian dari kata lainnya.
Contoh:
Dia tidak menyangka bahwa adiknya itu sangat cantik. Rambutnya panjang,
matanya bulat, dan hidungnya mancung.
b) Kesatuan Paragraf
Kesatuan paragraf adalah bagian karangan yang terdiri dari beberapa kalimat
yang berkaitan secara utuh, padu, dan membentuk satu kesatuan pikiran.
c) Kelengkapan
Paragraf yang baik harus memiliki unsur-unsur paragraf yang lengkap seperti
gagasan pokok, kalimat utama, dan kalimat penjelas.
d) Ketepatan Pemilihan Kata
Pemilihan kata harus sesuai dengan situasi dan kondisi pemakainya.Pemakaian
kata dia, misalnya, tidak tepat digunakan untuk orang yang usianya lebih tua, yang
tepat adalah kata beliau.Demikian pula halnya dengan kata menonton, kata ini
tidak tepat bila digunakan dalam paragraf yang menyatakan maksud melihat orang
sakit.Dalam hal ini kata yang harus digunakan adalah mengunjungi, menjenguk,
atau menengok (Kosasih & Hermawan, 2012).
5) Jenis-jenis Paragraf
Tabel 14 Jenis-jenis Paragraf
Jenis Paragrap Letak Kalimat Utama
Deduktif Di awal
Induktif Di akhir 

 Kombinasi Di awal dan di akhir
Deskriptif Tidak memiliki kalimat utama, gagasan pokok tersebar
Naratif Tidak memiliki kalimat utama, gagasan pokok tersebar
a) Paragraf Deduktif
Paragraf deduktif adalah paragraf yang gagasan pokoknya terletak di awal
paragraf. Pengembangan paragraf ini mengikuti pola penalaran deduksi. Mulamula
penulis merumuskan gagasan pokok pada kalimat pertama. Kemudian,
disusul oleh penjelasan-penjelasan secara terperinci.
Contoh:
Satu-satunya bidang pembangunan yang tidak mengalami
imbas krisis ekonomi adalah sektor-sektor di bidang
pertanian. Misalnya, perikanan masih meningkat cukup
mengesankan, yaitu 6,65 persen; demikian pula
perkebunan, yang meningkat 6,46 persen. Walaupun
mengalami kebakaran sepanjang tahun, sektor kehutanan
masih tumbuh sekitar 2,95 persen. Secara umum,
kontribusi dari sektor-sektor pertanian terhadap produk

 Kutipan di atas memperlihatkan bahwa kalimat pertama merupakan kalimat yang
mengandung gagasan pokok. Hal ini tampak pada pernyataan yang merangkum
seluruh pernyataan dalam paragraf tersebut. Kalimat-kalimat selanjutnya hanya
merupakan perincian dan penjelasan lebih lanjut terhadap gagasan pokoknya itu.
b) Paragraf Induktif
Paragraf induktif adalah paragraf yang gagasan pokoknya terletak di akhir paragraf
atau pada kalimat. Pengembangan paragraf ini mengikuti pola penalaran induksi.
Mula-mula penulis memerinci sejumlah data, kemudian mengakhiri paragraf
dengan gagasan pokok ataupun simpulannya.
Contoh:
Gerakan pecinta alam dengan dasar “sadar lingkungan sehat” telah mulai
menggejala di lingkungan remaja. Tidak sedikit perkumpulan pecinta lingkungan
yang anggotanya terdiri atas siswa-siswi sekolah, baik itu siswa SMP maupun

 D. Rangkuman
Ragam teks adalah macam-macam atau jenis-jenis teks. Ragam teks terdiri dari
teks faktual, teks cerita, dan teks tanggapan. Teks faktual adalah teks yang berisi
suatu kejadian yang bersifat nyata, benar-benar terjadi, tetapi tidak terikat dengan
waktu. Dengan kata lain, suatu kejadian yang faktual bisa terjadi di masa lalu
ataupun masa sekarang. Teks faktual dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
teks deskripsi dan teks prosedur/arahan.
Teks cerita adalah teks yang menuturkan bagaimana terjadinya suatu hal,
peristiwa, kejadian, perbuatan, pengalaman, dan sebagainya. Teks cerita terdiri
dari teks cerita ulang, anekdot, eksemplum, dan naratif.
Teks tanggapan adalah teks yang berisi sambutan terhadap ucapan (kritik,
komentar, dan sebagainya) dan apa yang diterima oleh pancaindra, bayangan
dalam angan-angan. Teks tanggapan dibedakan menjadi dua buah teks, yaitu teks
eksposisi dan teks ekplanasi.
Satuan bahasa pembentuk teks terdiri dari kalimat dan paragraf. Kalimat adalah
satuan gramatikal yang disusun oleh konstituen dasar dan intonasi final.
Konstituen dasar itu dapat berupa klausa, frase, maupun kata. Paragraf dapat
diartikan sebagai satuan gagasan di dalam bagian suatu wacana, yang dibentuk
oleh kalimat-kalimat yang saling berhubungan dalam mengusung satu kesatuan
pokok pembahasan. Dengan demikian, paragraf merupakan satuan bahasa yang
lebih besar daripada kalimat.

Minggu, 07 Maret 2021

RANGKUMAN 7. PENGEMBANGAN POTENSI PESERTA DIDIK ( MATERI PEDAGOGI SELEKSI P3K)

( Sumber. Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Sekolah Dasar (SD)
Kelas Tinggi - Kelompok Kompetensi A Pedagogi: Karakteristik &
Pengembangan Potensi Peserta Didik
Penulis. Dr. Elly Herliani, M.Phil., Dra. Euis Heryati)



OLEH : ENIS

 Rangkuman

Tugas utama guru dalam pembelajaran adalah memahami karakteristik dan mengembangan potensi
peserta didik . Dengan mengantarkan peserta didik pada prestasi terbaiknya sesuai dengan potensinya.


Guru harus memahami bagaimana karakteristik peserta didik asuhannya dan cara mengembangkan potensinya. Informasi mengenai karakteristik peserta didikdalam berbagai aspek menjadi satu acuan dalam menentukan kedalaman dan keluasan materi sehingga sesuai dengan perkembangan peserta didik.


Berdasarkan pemahaman tersebut guru perlu bekerja keras dan kreatif untuk mengeksplorasi berbagai upaya baik dalam bentuk media, bahan ajar, dan metode pembelajaran untuk memfasilitasi peserta didik secara tepat dan kreatif sehingga
sesuai dengan perkembangan mereka termasuk gaya belajarnya.


Dalam pembelajaran karakteristik dan pengembangan potensi peserta didik diharapkan dapat memahami konsep perkembangan perilaku dan pribadi pesertadidik, tahapan, prinsip-prinsip dan implementasinya terhadap pendidikan; mengidentifikasi tugas-tugas perkembangan akhir masa kanak-kanak dan keragaman karakteristik peserta didik, menganalsiis permasalahan perkembangan perilaku dan pribadi peserta didik dan menentukan kegiatan pembelajaran untuk memfasilitasi variasi perkembangan peserta didik. 

Guru juga diharapkan dapat memahami konsep potensi peserta didik dan pengembangannya serta menentukan pembelajaran yang memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik.

Kompetensi :

Tugas utama guru dalam pembelajaran adalah mengantarkan peserta didik pada prestasi terbaiknya sesuai dengan potensinya. Jadi hal pertama yang perlu dipahami adalah bagaimana karakteristik peserta didik asuhannya dan cara
mengembangkan potensinya. 

Informasi mengenai karakteristik peserta didik dalam berbagai aspek menjadi satu acuan dalam menentukan kedalaman dan
keluasan materi sehingga sesuai dengan perkembangan peserta didik.


Berdasarkan pemahaman tersebut guru perlu bekerja keras dan kreatif untuk mengeksplorasi berbagai upaya baik dalam bentuk media, bahan ajar, dan metode pembelajaran untuk memfasilitasi peserta didik secara tepat dan kreatif sehingga
sesuai dengan perkembangan mereka termasuk gaya belajarnya.


Guru diharapkan dapat memahami konsep perkembangan perilaku dan pribadi peserta didik, tahapan, prinsip-prinsip dan implementasinya terhadap pendidikan; mengidentifikasi tugas-tugas perkembangan akhir masa kanak-kanak dan keragaman karakteristik peserta didik, menganalsiis permasalahan perkembangan perilaku dan pribadi peserta didik dan menentukan kegiatan pembelajaran untuk memfasilitasi variasi perkembangan peserta didik. 

Guru juga diharapkan dapat memahami konsep potensi peserta didik dan pengembangannya serta menentukan pembelajaran yang memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik.

 Indikator Pencapaian Kompetensi

 

1. Menjelaskan konsep perkembangan perilaku dan pribadi peserta didik;
2. Menjelaskan tahapan perkembangan perilaku dan pribadi peserta didik;
3. Menjelaskan prinsip-prinsip perkembangan perilaku dan pribadi peserta didik dan implikasinya terhadap pendidikan;
4. Mengidentifikasi tugas-tugas perkembangan akhir masa kanak-kanak;
5. Menjelaskan pengertian potensi;
6. Menjelaskan jenis-jenis potensi;
7. Mengidentifikasi potensi peserta didik;
8. Menganalisis permasalahan berkaitan dengan potensi peserta didik sekolah dasar; dan
9. Menentukan kegiatan pembelajaran yang memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik.

Uraian Materi

 
1. Perkembangan Peserta Didik

Pendidikan merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan, dan berlangsung dalam lingkungan pendidikan.


Interaksi pendidikan berfungsi untuk mengembangkan seluruh potensi kecakapan dan karakteristik peserta didik diantaranya yaitu karakteristik fisik-motorik, intelektual, sosial, emosional, moral, dan spiritual.

Interaksi antara pendidik dan peserta didik merupakan hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi. 

Agar para pendidik dapat berinteraksi dengan baik dengan peserta didik, maka pendidik perlu memiliki pemahaman siapa yang menjadi peserta didiknya. 

Pemahaman yang memadai terhadap potensi, kecakapan dan karakteristik peserta didik akan berkontribusi dalam bentuk perlakuan, tindakan-tindakan yang bijaksana, tepat sesuai kondisi dan situasi. 

Pendidik akan menyiapkan dan menyampaikan pelajaran,
memberikan tugas, latihan dan bimbingan disesuaikan dengan kemampuan dan tahap perkembangan peserta didik


a. Konsep Perkembangan Perilaku dan Pribadi Peserta Didik

 
1) Pengertian Individu

 
Dalam konteks pendidikan peserta didik harus dipandang sebagai pribadi yang utuh, yaitu sebagai satu kesatuan sifat makhluk individu dan makhluk sosial, sebagai satu kesatuan jasmani dan rohani, serta sebagai mahluk Tuhan. 

Dengan melihat sifat-sifat dan ciri-ciri tersebut pada hakekatnya setiap manusia adalah pribadi atau individu yang utuh, tidak dapat dibagi, tidak dapat dipisahkan dan bersifat unik. 

Artinya manusia tidak dapat dipisahkan dari jiwa dan raganya,
rohaniah dan jasmaniahnya, kegiatan jiwa dalam kehidupan sehari-hari merupakan kegiatan keseluruhan jiwa raganya bukan kegiatan jiwa saja dan sebaliknya. 

Bersifat unik menunjukkan sifat khas yang membedakan individu tersebut dengan individu lainnya, bahwa di dunia ini tidak ada orang yang persis sama. 

Dengan demikian peserta didik sebagai individu memiliki karakteristik yang berbeda dengan peserta didik lainnya (Sunarto, 2002:2).


2) Keragaman Karakteristik Individu

 
Usia anak SD berada dalam akhir masa kanak-kanak yang berlangsung dari usia 6 s.d. 12 tahun (Yusuf, 2014:23). 

Individu yang melakukan kegiatan belajar adalahpeserta didik, oleh karena itu dalam proses dan kegiatan belajar tidak dapat
melepaskan peserta didik dari karakteristik, kemampuan dan perilaku individualnya. 

Keragaman karakteristik dapat dilihat secara fisik, kepribadian dan perilaku seperti berbicara, bertindak, mengerjakan tugas, memecahkan masalah, dsb. 

Dari berbagai keragaman karakteristik peserta didik yang paling penting dipahami oleh guru adalah keragaman dalam kecakapan (ability) dan kepribadian (Makmun, 2009:53).

Implikasi karakteristk peserta didik dalam proses pembelajaran yaitu pembelajaran harus disesuaikan dengan karakteristik peserta didik sebagai individu. 

Hal yang sangat penting dalam melaksanakan proses pembelajaran adalah guru menciptakan kondisi kondusif supaya setiap individu peserta didik dapat belajar secara optimal, meskipun mereka berada dalam kelompok. 

 Dengan demikian dalam proses pembelajaran setiap individu
memerlukan perlakuan yang berbeda, maka strategi dan upaya pelaksanaanya pun akan berbeda pula.


Menurut Desmita (2014:57) ada 3 hal penting  berkaitan
dengan karakteristik individual peserta didik, yaitu 

(1) Karaketristik yang berkaitan dengan kemampuan awal atau prerequisite skills, seperti kemampuan intelektual, kemampuan berpikir dan hal-hal yang berhubungan dengan aspek psikomotor. 

 

(2) Karakteristik yang berkaitan dengan latar belakang dan status sosio-kultural

(3) Karakteristik yang berkaitan dengan perbedaan-perbedaan kepribadian, seperti perasaan, sikap, minat dan sebagainya.


Sangat penting bagi guru memahami keragaman karakteristik individu peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran.

Pemahaman ini sangat bermanfaat dalam memilih dan menentukan pendekatan pembelajaran yang sesuai dan tepat
sehingga dapat memfasilitasi peserta didik untuk belajar secara efektif. 

Selain itu,guru dapat menyusun dan mengorganisasikan materi pembelajaran dan menentukan media yang tepat.

Pemahaman karakteristik individu peserta didik juga berguna untuk memotivasi dan membimbing peserta didik sehingga dapat mencapai prestasi yang optimal sesuai dengan potensinya.


3) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keragaman Individu

 
Karakteristik atau ciri-ciri individual adalah keseluruhan perilaku dan kemampuan individu sebagai hasil pembawaan dan lingkungan. 

Pembawaan yang bersifat alamiah (nature) adalah karakteristik individu yang dibawa sejak lahir (diwariskan dari keturunan), 

sedangkan nurture (pemeliharaan, pengasuhan) adalah faktor- faktor lingkungan yang mempengaruhi individu sejak dari masa pembuahan sampai selanjutnya. 

Nature dan nurture ini merupakan faktor yang mempengaruhi
keragaman individual. Seorang bayi yang baru lahir merupakan perpaduan keturunan dari keluarga ayah dan ibunya. 

Selama perkembangannya dari mulai pembuahan mendapat berbagai pengaruh dari lingkungan secara berkesinambungan. 

Hal ini akan membentuk pola karakteristik perilaku yang berbeda dengan individu-individu yang lain. (Desmita, 2014:56).


a. Tahapan Perkembangan Perilaku dan Pribadi Peserta Didik

 
Pertumbuhan dan perkembangan adalah dua istilah yang berbeda tetapi tidak berdiri sendiri. 

Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan alamiah secara kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis. 

Menurut Libert, Paulus, dan Strauss (Sunarto, 2002: 39) bahwa perkembangan adalah proses perubahan dalam pertumbuhan pada suatu waktu sebagai fungsi kematangan dan interaksinya dengan lingkungan. Istilah perkembangan lebih mencerminkan perubahan psikologis. 

Kematangan adalah perubahan yang terjadi pada masa-masa tertentu yang merupakan titik kulminasi dari suatu fase
pertumbuhan dan merupakan kesiapan awal dari suatu fungsi psikofisik untuk menjalankan fungsinya (Makmun, 2009: 79).


Belajar atau pendidikan dan latihan adalah perubahan perilaku sebagai hasil usaha yang disengaja oleh individu, sedangkan kematangan dan pertumbuhan adalah perubahan yang berlangsung secara alamiah. 

 

Pada batas-batas tertentu perkembangan dapat dipercepat melalui proses belajar.


Para ahli psikologi sependapat bahwa terdapat urutan yang teratur dalam perkembangan yang tergantung pada pematangan organisme sewaktu berinteraksi dengan lingkungan. 

Banyak pendapat ahli mengenai tahapan perkembangan, namun berkaitan dengan pembelajaran (pendidikan) 

Menurut Yusuf (2014: 23) digunakan pentahapan yang bersifat eklektik. 

Berdasarkan pendapat tersebut, perkembangan individu sejak lahir sampai masa kematangan adalah seperti di bawah ini.

Perkembangan Berdasarkan Usia

 
TAHAP PERKEMBANGAN USIA :

 
Masa usia pra sekolah (
0,0 - 6,0 ) 

 Masa usia sekolah dasar (6,0 - 12,)

0Masa sekolah menengah (12,0 - 18,0) 

Masa usia mahasiswa (18,0 - 25,0)


Pemahaman tahapan perkembangan yang dapat digunakan oleh pendidik meliputi: 

(1) apa yang harus diberikan kepada peserta didik pada masa
perkembangan tertentu? 

(2)Bagaimana caranya mengajar atau menyajikan pengalaman belajar kepada peserta didik pada masa-masa tertentu?


Masa usia sekolah dasar sering disebut sebagai masa intelektual atau masa keserasian bersekolah. 

Umur 6 – 7 tahun umumnya anak telah matang untuk memasuki sekolah dasar. Pada masa ini secara relatif anak-anak lebih mudah dididik daripada masa sebelum dan sesudahnya. 

Masa keserasian bersekolah dibagi menjadi dua fase sebagai berikut ini :


b. Masa kelas rendah sekolah dasar, kira-kira umur 6/7 tahun sampai 9/10tahun.

 
Menurut Yusuf (2014:24) beberapa sifat anak-anak masa ini adalah sebagai berikut :


1) Ada hubungan positif yang tinggi antara kondisi jasmani dengan prestasi, misalnya bila jasmaninya sehat maka banyak mendapatkan prestasi.


2) Sikap mematuhi kepada peraturan-peraturan permainan tradisional.


3) Terdapat kecenderungan memuji diri sendiri (menyebut nama sendiri).


4) Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain.


5) Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka anak akan mengabaikannya karena soal itu dianggap tidak penting.


6) Pada masa ini (terutama 6,0 – 8,0 tahun) anak menginginkan nilai (nilai rapor) yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya pantas diberi nilai baik atau tidak.

 

 c. Masa kelas tinggi sekolah dasar, kira-kira umur 9,0/10,0 sampai umur 12,0/13,0 tahun.


Beberapa sifat khas anak-anak pada masa ini adalah sebagai berikut :

 
1) Memiliki minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret sehingga cenderung membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis.


2) Sangat realistik, ingin mengetahui, dan ingin belajar.


3) Menjelang akhir masa ini sudah ada minat kepada hal-hal dan mata pelajaran khusus, menurut para ahli aliran teori faktor hal ini ditafsirkan sebagai mulai menonjolnya faktor-faktor atau bakat-bakat khusus.


4) Sampai sekitar umur 11,0 tahun anak memerlukan guru atau orang-orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya.

5) Pada masa ini, anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajar di sekolah.


6) Anak-anak pada umur ini senang membentuk kelompok sebaya umumnya agar dapat bermain bersama-sama.

 .
Masa keserasian bersekolah diakhiri dengan suatu masa yang disebut masa poeral. 

Berdasarkan penelitian banyak ahli, sifat-sifat khas anak-anak masa poeral (Yusuf, 2014:25) ada 2 hal, yaitu:


1) Diarahkan untuk berkuasa: sikap, tingkah laku, dan perbuatan anak poeral ditujukan untuk berkuasa; apa yang diidam-idamkannya adalah si kuat, si jujur, si juara, dan sebagainya.


2) Ekstraversi: berorientasi keluar dirinya; misalnya, mencari teman sebaya untuk memenuhi kebutuhan fisiknya. Anak-anak masa ini membutuhkan kelompok- kelompok sebaya.

Anak-anak poeral menerima otoritas orang tua dan guru sebagai suatu hal yang wajar. 

Oleh karena itu, anak-anak mengharapkan kehadiran orangtua dan guru serta pemegang otoritas orang dewasa yang lain.


d. Prinsip-prinsip Perkembangan dan Implikasinya terhadap Pendidikan

 

Prinsip-prinsip perkembangan yang perlu diperhatikan untuk
memahami perkembangan anak. dan akan berguna dalam membimbing peserta didik. 

Menurut Makmun (2009:85) beberapa prinsip atau
hukum perkembangan dan implikasinya dalam pendididkan, yaitu :

 
Prinsip/Hukum Perkembangan Implikasi Terhadap Pendidikan
Perkembangan dipengaruhi oleh faktor-faktor pembawaan (H:
heredity), lingkungan (E:environment),dan kematangan (T:time)
P= f (H,E,T) atau
P= f a + b1H +b2E + b3T


Pengembangan (penyusunan, pemilihan,penggunaan) materi, strategi, metodologi, sumber, evaluasi belajar-mengajar hendaknya memperhatikan ketiga faktor tersebut.


Umumnya peserta didik SD masih berpikir konkret, berikan contoh-contoh yang sesuai dengan taraf pemahaman dan pengalaman yang sudah dimiliki peserta didik.


Proses perkembangan itu berlangsung secara bertahap
(progresif, sistematik, berkesinambungan
) :


1. Progresif: perubahan yang terjadi bersifat maju/meningkat/ mendalam/ meluas.

 
2. Sistematik: perubahan antar bagian terdapat saling ketergantungan sebagai suatu kesatuan yang harmonis.


3. Berkesinambungan: perubahan berlangsung secara beraturan dan berurutan, serta tidak
meloncat-loncat

 
Program (kurikulum) pembelajaran disusun secara bertahap dan berjenjang : 

 
1. dari yang sederhana menuju kompleks


2. dari mudah menuju sukar


3. sistem belajar-mengajar diorganisasikan agar
terlaksananya prinsip mastery learning (belajar tuntas) dan continous progress (maju berkelanjutan).

Prinsip/Hukum Perkembangan Implikasi Terhadap Pendidikan :

 
Bagian-bagian dari fungsi-fungsi organisme mempunyai garis
perkembangan dan tingkat kematangan masing-masing.

Sampai batas tertentu, program dan strategi belajar-mengajar seyogyanya dalam bentuk:


1. correlated curriculum (kurikulum yang
    berhubungan) atau


2. broadfields (ruang lingkup luas), atau


3. subject matter oriented (berorientasi materi subjek, sampai batas tertentu pula)


Program dan strategi pembelajaran, sampai batas tertentu, seyogyanya diorganisasikan agar memungkinkan belajar secara individual di samping secara kelompok (misalnya dengan sistem pengajaran Modula atau SPM)


Proses perkembangan itu pada awalnya lebih bersifat
diferensiasi dan pada akhirnya lebih bersifat integrasi antar
bagian dan fungsi organisme.


Program dan strategi pembelajaran seyogyanya diorganisasikan agar memungkinkan proses yang bersifat:


1. deduktif-induktif: dari umum ke khusus


2. anilisis-sintesis: mengidentifikasi bagian-bagian
kemudian merangkai bagian-bagian menjadi suatu kesatuan.

 
3. global-spesifik-global

 
Contoh: Anak mengenal kata sebagai suatu keseluruhan, lalu mengenal huruf-huruf yang membentuk kata, kemudian melihat kata sebagai suatu keseluruhan.


Dalam batas-batas masa peka, perkembangan dapat dipercepat.


Program dan strategi pembelajaran seyogyanya dikembangkan dan diorganisasikan agar merangsang, mempercepat, dan menghindari

Prinsip/Hukum Perkembangan Implikasi Terhadap Pendidikan atau diperlambat oleh kondisi lingkungan. ekses memperlambat laju perkembangan anak
didik.

 e. Tugas-tugas Perkembangan Akhir Masa Kanak-kanak

 
Menurut Havighurst (Hurlock, 2003:9) tugas-tugas perkembangan adalah tugas yang muncul pada saat atau sekitar suatu periode tertentu dari kehidupan individu.


Apabila individu berhasil menguasai tugas-tugas perkembangan akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa ke arah keberhasilan dalam melaksanakan tugas perkembangan selanjutnya. 

Sebaliknya apabila tidak berhasil maka akan menimbulkan rasa tidak bahagia dan menimbulkan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas selanjutnya. 

 Pendidikan hakekatnya bertujuan membantu peserta didik mencapai tugas-tugas perkembangan.

 
Tugas perkembangan akhir masa kanak-kanak menurut Havighurts (Hurlock, 2003:10) adalah sebagai berikut ini.

 

a. Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan dan kegiatan fisik.


b. Membangun sikap hidup yang sehat.


c. Belajar bergaul dan bekerja sama dengan teman-teman seusianya.


d. Mulai belajar menjalankan peranan sosial sesuai dengan jenis kelaminnya.


e. Mempelajari keterampilan-keterampilan dasar seperti membaca, menulis, dan berhitung.


f. Mengembangkan pengertian-pengertian atau konsep yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari.


g. Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan nilai-nilai.


h. Mempelajari sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga-lembaga.


i. Mencapai kemandirian pribadi.


f. Identifikasi Keragaman Karakteristik Peserta Didik

 
Tugas perkembangan memegang peranan penting dalam menentukan arah perkembangan yang normal. Terdapat perbedaan peserta didik dalam penguasaan tugas-tugas perkembangan, mungkin ada yang cepat, lambat dan
normal. 

Adapun cara untuk mengidentifikasi tingkat penguasaan tugas-tugas perkembangan siswa dalam berbagai aspek perkembangan adalah sebagai berikut ini.

1) Pelajari dan pahami tugas-tugas perkembangan masa akhir kanak-kanak (siswa SD).


2) Jabarkan tugas-tugas perkembangan kepada keterampilan-keterampilan dan pola perilaku yang bersifat operasional. Contoh: Keterampilan dasar berhitung adalah keterampilan menambah, mengurangi, perkalian, pembagian pada bilangan bulat dan pecahan.


3) Lakukan obervasi. Guru mengamati perilaku peserta didik pada saat pembelajaran dengan menggunakan pedoman pengamatan, yang berisi aspek-aspek yang akan diamati.

Pengamatan guru fokus kepada satu orang atau paling banyak tiga orang. 

Pengamatan dapat dilakukan terhadap kegiatan atau perilaku peserta didik yang menonjol baik yang positif maupun negatif atau menyimpang dengan cara: 

1) menggunakan pedoman observasi,

 2) catatan anekdot (tanpa dirancang secara khusus; tanpa pedoman pengamatan; insidental).

3) Lakukan wawancara. Pada situasi tertentu jika diperlukan, guru bisa melakukan wawancara kepada peserta didik tertentu (peserta didik kelas tinggi) dan orang tuanya untuk memperdalam pemahaman. 


4) Menggunakan angket atau inventori (jika tersedia) untuk mengungkap aspek-aspek kepribadian peserta didik.

5) Menggunakan analisis prestasi belajar, tugas, dan karya peserta didik untuk mengidentifikasi aspek kecakapan dan kepribadian peserta didik.


7) Informasi dari orang tua serta teman-teman peserta didik.


8) Hasil identifikasi di analisis dan dibuat catatan.


9) Catatan dikembangkan menjadi langkah-langkah pengembangan atau pemecahan masalah, dan tindak lanjut.

 2. Potensi Peserta Didik

 
Tujuan pembelajaran hakekatnya adalah membantu peserta didik untuk mengembangkan potensinya secara optimal, oleh karena itu guru seyogyanya memiliki motivasi dan bekerja keras mengenali dan memahami potensi peserta didik asuhannya secara cermat dan jujur. 


Setiap peserta didik dianugerahi potensi (potential ability) atau kapasitas (capacity). 

Terdapat keragaman atau perbedaan potensi yang dimiliki
peserta didik yang satu dengan yang lainnya, baik dalam jenis potensi yang dimiliki maupun dalam kualitas potensi.


a. Pengertian Potensi

 
Potensi adalah kemampuan yang masih terkandung dalam diri peserta didik yang diperoleh secara herediter (pembawaan). 

Menurut Syaodih (2007:159) kecakapan potensial merupakan kecakapan-kecakapan yang masih tersembunyi, masih kuncup belum terwujudkan, dan merupakan kecakapan yang dibawa dari kelahiran

Potensi merupakan modal dan sekaligus batas-batas bagi perkembangan kecakapan nyata atau hasil belajar. Peserta didik yang memiliki potensi yang tinggi memungkinkan memiliki prestasi yang tinggi pula, tapi tidak mungkin prestasinya melebihi potensinya

Melalui proses belajar atau pengaruh lingkungan, maka potensi dapat diwujudkan dalam bentuk prestasi hasil belajar atau kecakapan nyata dalam berbagai aspek kehidupan dan perilaku. 

Oleh karena potensi merupakan kecakapan yang masih tersembunyi atau yang masih terkandung dalam diri peserta didik, maka guru sebaiknya memiliki kemauan dan kemampuan mengidentifikasi potensi yang dimiliki peserta didik yang menjadi siswa asuhnya, kemudian membantu mengembangkan potensi peserta didik secara optimal. 

 

b. Jenis-jenis Potensi

 
Potensi dibedakan menjadi potensi fisik dan potensi psikologis (Desmita, 2014:40).

 
Potensi psikologis berkaitan dengan kecerdasan atau inteligensi (intelligence), bakat (aptitude), dan kreativitas.

Kecerdasan diantaranya adalah kecerdasan umum (kemampuan intelektual) dan kecerdasan majemuk. Bakat terbagi menjadi bakat sekolah (scholastic aptitude) dan bakat dalam pekerjaan (vocational aptitude).


1) Potensi Fisik

 
Potensi fisik berkaitan dengan kondisi dan kesehatan tubuh, ketahanan dan kekuatan tubuh, serta kecakapan motorik (Desmita,2014:53). 

Ada di antara individu yang memiliki potensi fisik yang luar biasa, mampu membuat gerakan fisik yang efektif dan efisien serta memiliki kekuatan fisik yang tangguh. 

Menurut Gardner (Syaodih, 2007:95) individu yang memiliki kecerdasan kinestetis, berbakat dalam bidang fisik mampu mempelajari olah raga dengan cepat, selalu menunjukkan permainan yang baik, atau individu yang berbakat dalam seni tari mampu menguasai gerakan-gerakan yang indah dan lentur.


2) Potensi Psikologis :

 
a) Potensi Kecerdasan Umum

 
Kecerdasan umum (general intelligence) atau kemampuan intelektual merupakan kemampuan mental umum yang mendasari kemampuannya untuk mengatasi kerumitan kognitif (Gunawan, 2006:218) . 

Kemampuan umum dikaitkan dengan kemampuan untuk pemecahan masalah, berpikir abstrak, keahlian dalam pembelajaran. 

Menurut Syaodih (2007:256) seseorang yang memiliki kecerdasan yang tinggi maka memiliki kemampuan yang tinggi dalam mengenal, menerima, dan memahami pengetahuan, menganalisa, mengevaluasi, dan memecahkan
masalah, membaca, menulis, serta mengingat fakta

Inteligensi atau kemampuan

 
intelektual merupakan potensi bawaan (potential ability) yang dikaitkan dengan keberhasilan peserta didik dalam bidang akademik di sekolah. 

Peserta didik yang memiliki intelektual tinggi atau IQ nya (tingkat intelegensi) tinggi diprediksi akan memiliki prestasi belajar yang tinggi pula, dan sebaliknya.

 b) Kecerdasan Majemuk

 
Menurut Gardner (Syaodih, 2011:95) tingkat inteligensi atau IQ bukan satu-satunya kecerdasan yang dapat meramalkan kesuksesan, akan tetapi ada kecerdasan dalam spektrum yang lebih luas yaitu kecerdasan majemuk (multiple intelligentce). 

Dalam diri anak terdapat berbagai potensi atau kecerdasan
majemuk. 

Menurut Gardner setiap anak memiliki kecenderungan dari delapan kecerdasan, meskipun memiliki tingkat penguasaan yang berbeda.

Kecerdasan bahasa (verbal-linguistic intelligence), kecakapan berpikir melalui kata-kata, menggunakan bahasa untuk menyatakan dan memaknai arti yang kompleks (penulis, ahli bahasa, sastrawan, jurnalis, orator, penyiar adalah orang-orang yang memiliki inteligensi linguistik yang tinggi.


Kecerdasan matematika - logis (logical-mathematical intelligence), kecakapan untuk menyelesaikan operasi matematika (para ilmuwan, ahli matematis, akuntan, insinyur, pemrogram komputer).


• Kecerdasan spasial–visual (visual-spatial intelligence), kecakapan berpikir dalam ruang tiga dimensi (pilot, nakhoda, astronot, pelukis, arsitek, dll.)


Kecerdasan kinestetis atau gerakan fisik (kinesthetic intelligence). Kecakapan melakukan gerakan dan keterampilan-kecekatan fisik (olahragawan, penari, pencipta tari, perajin profesional, dokter bedah).


Kecerdasan musik (musical intelligence). Kecakapan untuk menghasilkan dan menghargai musik, sensitivitas terhadap melodi, ritme, nada, tangga nada, (komposer, musisi, kritikus musik, penyanyi, pengamat musik).


Kecerdasan hubungan sosial (interpersonal intelligence). Kecakapan memahami dan merespon serta berinteraksi dengan orang lain secara efektif (guru, konselor, pekerja sosial, aktor, pimpinan masyarakat, politikus)


Kecerdasan intrapersonal (intrapersonal intelligence). Kecakapan mengenali dan memahami diri serta menata diri sendiri secara efektif (agamawan, psikolog, psikiater, filsuf).


Kecerdasan naturalis adalah kecakapan manusia untuk mengenali tanaman, hewan dan bagian lain dari alam semesta (petani, ahli botani, arkeolog, antropolog, ahli ekologi, ahli tanah,atau pecinta lingkungan).


c) Bakat

 
Bakat merupakan kecakapan dasar atau suatu potensi yang merupakan pembawaan untuk memperoleh suatu pengetahuan atau keterampilan pada bidang tertentu. 

Bakat dapat dikelompokkan menjadi bakat bilangan, bakat
bahasa, bakat tilikan ruang, tilikan hubungan sosial, dan bakat gerak motoris (Makmun, 2009:55). 

Pembagian jenis bakat mungkin dikaitkan dengan bidang
studi atau bakat sekolah (scholastic aptitude) atau bidang pekerjaan (vocational aptitude). 

Bakat sekolah berkaitan dengan kemampuan penguasaan ilmu,penguasaan mata pelajaran, seperti bakat matematika, bahasa, fisika, sejarah, IPS, olah raga, musik, menggambar dan keterampilan. 

Bakat pekerjaan berkaitan dengan penguasaan bidang pekerjaan seperti bidang teknik, pertanian, dan ekonomi.


d) Kreativitas

 
Kreativitas memegang peranan penting dalam kehidupan manusia . Dengan kreativitas individu dapat mencapai keberhasilan dan kebahagiaan. 

Orang kreatif adalah orang yang unggul, terus belajar, dan membuat kreasi. 

Setiap orang memiliki potensi kreatif meskipun dalam derajat yang berbeda (DePorter, 2001:293). 

Kreativitas mengarah ke penciptaan sesuatu yang baru, berbeda, unik, baik itu berbentuk lisan, tulisan, maupun konkret atau abstrak. 

Kreativitas timbul dari pemikiran divergen. Berpikir divergen mempertimbangkan beberapa jawaban yang mungkin ada untuk suatu masalah (Hurlock, 2013:5). 

De Bono (1991:8) menyebutnya sebagai berpikir lateral. Pola berpikir lateral selalu berkaitan dengan ide-ide baru sehingga nampak erat kaitannya dengan pola berpikir kreatif.

 
• Hubungan Kreativitas dengan Kecerdasan

 
Menurut Hurlock (2013:4-5) tidak selamanya orang yang kreatif memiliki inteligensi yang tinggi. Kadang-kadang ditemukan orang yang memiliki bakat kreatifnya tinggi
tetapi tingkat kecerdasannya rendah, dan tidak semua orang yang tingkat kecerdasannya tinggi adalah pencipta. 


• Kondisi yang Meningkatkan Kreativitas

 Penghargaan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kepribadian anak. Sebaliknya tidak ada yang lebih mengurangi harga dirinya selain kritikan dan ejekan terhadap kreasi tersebut.

 Cara mendidik yang demokratis dan permisif di rumah dan sekolah meningkatkan kreativitas, sedangkan cara mendidik yang otoriter melemahkanya. 

Cara mendidik yang demokratis meningkatkan kreativitas karena memberi kesempatan yang lebih banyak kepada anak untuk mengekspresikan kreativitasnya. 

Sedangkan cara mendidik yang permisif memberi kebebasan kepada anak untuk mengemukakan ide-ide tanpa takut salah.


Selain itu untuk mengembangkan kreativitas diperlukan sarana dan prasarana untuk mengembangkannya. 

Seperti halnya potensi yang lain bakat kreatif dikembangkan melalui interaksinya dengan lingkungan. 

Hurlock (2013:11)  menyatakan terdapat beberapa kondisi yang dapat meningkatkan kreativitas, seperti berikut ini.


(1) Waktu. Beri kesempatan kepada anak untuk memiliki waktu bebas untuk menemukan ide-ide dan mempraktekkan idenya.


(2) Kesempatan. Berikan waktu dan kesempatan menyendiri untuk mengembangkan kehidupan imajinatif yang kaya, bebas dari tekanan kelompok sosial.


(3) Dorongan. Berikan dorongan untuk kreatif meskipun prestasinya tidak sesuai dengan standar orang dewasa, jangan diejek atau dikritik


(4) Sarana. Sediakan sarana yang merupakan hal penting untuk merangsang dorongan eksperimen dan eksplorasi.


(5) Lingkungan. Berikan lingkungan rumah dan sekolah yang merangsang kreativitas anak. 


(6) Percaya diri. Bangun hubungan orangtua dan anak yang tidak posesif, agar memberikan rasa percaya diri dan mandiri.


(7) Cara mendidik. Didiklah anak secara demokratis dan permisif baik di rumah dan di sekolah yang akan meningkatkan kreativitas.


(8) Pengetahuan. Kreativitas tidak muncul dalam kehampaan. Berikan kesempatan untuk memperoleh pengetahuan. Semakin banyak pengetahuan yang dapat diperoleh anak, semakin baik dasar untuk mencapai hasil yang kreatif.


• Karakteristik Kreativitas 

Menurut Munandar (Ali, 2014:52) ciri-ciri kreativitas : 

 (1) senang mencari pengalaman baru;

 (2) memiliki keasyikan dalam mengerjakan tugas-tugas sulit; (3) memiliki inisiatif;

 (4) sangat tekun; 

(5) cenderung bersikap kritis terhadap orang lain; 

(6) berani menyatakan pendapat dan keyakinannya; 

(7) selalu ingin tahu; 

(8) peka atau perasa; 

(9) enerjik dan ulet; 

(10) menyenangi tugas-tugas yang majemuk; 

(11) percaya diri; 

(12) memiliki rasa humor: 

(13) memiliki rasa keindahan;

 (14) berwawasan masa depan dan penuh imajinasi.


• Tahapan Kreativitas

 
Menurut Wallas (Ali, 2014:51) keberhasilan orang-orang kreatif dalam mencapai ide, gagasan, pemecahan, cara kerja, dan karya baru biasanya melewati beberapa tahapan seperti berikut ini.


(1) Persiapan meletakan dasar: mempelajari latar belakang masalah, seluk beluk dan problematiknya. Pada tahapan ini diperlukan minat dan antusiasme untuk memperoleh pengetahuan dan informasi sebagai persiapan untuk kreativitas.
Guru perlu memberikan informasi atau pengetahuan yang memadai kepada peserta didik sebagai dasar pengembangan kreativitasnya.


(2) Inkubasi: mengambil waktu untuk meninggalkan masalah, istirahat, santai.

 Pada tahap ini proses pemecahan masalah diendapkan dalam alam pra sadar.


(3) Iluminasi: tahap ini disebut sebagai tahap pemahaman, suatu tahap mendapatkan ide, gagasan, pemecahan, penyelesaian, cara kerja, dan jawaban baru.


(4) Verifikasi/produksi: menghadapi dan memecahkan masalah-masalah praktis, sehubungan dengan perwujudan ide, gagasan, pemecahan, penyelesaian, cara kerja, dan jawaban baru. 

Pada tahap ini dilakukan langkah-langkah untuk mewujudkan ide dan gagasan kreatif menjadi karya kreatif dan inovatif.


a. Identifikasi Potensi Peserta Didik
Guru dapat mengidentifikasi kemampuan intelektual atau kecerdasan umum, kecerdasan majemuk, bakat, dan kreativitas peserta didik melalui cara berikut ini.


1) Identifikasi Kemampuan Intelektual atau Kecerdasan Umum


a) Mengamati kemampuan intelektual dan kecerdasan umum peserta didik.

 

Menurut Makmun (2009:56) guru dapat menandai peserta didik dengan membandingkannya dengan peserta didik
lainnya di kelas.


• Peserta didik yang cenderung selalu lebih cepat dan mudah memahami materi pelajaran dan menyelesaikan tugasnya, dibandingkan dengan teman-temannya, lebih awal dari waktu yang telah ditetapkan (accelerated students).


• Peserta didik yang cenderung selalu mencapai hasil rata-rata saja, dan hanya dapat menyelesaikan tugasnya sesuai batas waktu yang telah ditetapkan dibandingkan dengan teman-temannya (average students).


• Peserta didik cenderung selalu memiliki kesulitan dalam memahami materi pelajaran, mencapai hasil yang lebih rendah dari teman-temannya, dan hampir selalu tidak dapat menyelesaikan tugasnya sesuai batas waktu yang telah ditetapkan (slow learners).


b) Analisis hasil ulangan atau tes, tugas, wawancara, analisis himpunan data prestasi belajar (nilai rapor) sebelumnya, sikap perilaku, dan hasil psikotes, dsb.


Cara-cara identifikasi tersebut di atas dapat saling melengkapi untuk mendapatkan informasi yang komprehensif mengenai potensi peserta didik. 

Hal penting yang perlu mendapat perhatian khusus dan menjadi prioritas untuk diidentifikasi adalah peserta didik prestasinya sering di bawah KKM, yang lambat belajar, serta tingkat kreativitasnya rendah.


2) Identifikasi Kecerdasan Majemuk dan Bakat

 
Mengidentifikasi bakat dan kecerdasan majemuk peserta didik dapat menggunakan cara yang sama dengan identifikasi kemampuan intelektual, namun lebih diarahkan kepada bidang studi atau kelompok bidang studi. 

Bakat khusus di suatu bidang studi biasanya baru nampak jelas pada awal masa remaja.


3) Identifikasi Kreativitas Peserta Didik

 
Untuk mengidentifikasi kreativitas dapat menggunakan cara

 (1) pengamatan, yaitu mengamati proses ketika anak sedang membuat karya kreatif; 

(2) analisis tes, bila peserta didik diberikan kebebasan untuk memberikan beberapa alternatif jawaban;

(3) analisis karya kreatif dan inovatif.


** 

SEMOGA BERMANFAAT 

BUNGA RENGGANIS, MANIS

  BUNGA RENGGANIS, MANIS oleh : Enis Bunga rengganis ?? Apakah betul tanaman ini namanya bunga rengganis? Nama rengganis dari tanaman ini di...