Sabtu, 16 Mei 2020

PENGALAMAN MENULIS OPINI DI MEDIA CETAK


OLEH : ENI SETYOWATI, S.Pd.

(Disarikan dari Materi 33 Kuliah Belajar Menulis Online Gelombang 8)
Narasumber : ASEP SAFAAT
KAMIS, 14  MEI 2020  Pukul 13.00 – 15.00 WIB

Sekilas Profil Narasumber:





Kamis siang ,14 Mei 2020 Om Jay kembali menghadirkan guru hebat dalam kuliah online. Guru hebat yang menjadi narasumber siang ini adalah Bapak Asep Safaat. Profil dan sepak terjang beliau dapat dilihat pada tayangan slide diatas. Setelah Om Jay mengucapkan salam menyapa guru hebat di grup menulis gelombang 8 ini, kemudian mempersilahkan Bapak Asep untuk menyampaikan materinya.
Salam Perkenalan
Bapak Asep Safaat mengucapkan salam kebaikan dan kesejahteraan untuk semua peserta kuliah, dan rasa terima kasih atas kesempatan yang diberikan oleh Om Jay untuk menyampaikan materi berdasarkan pengalaman beliau menulis yaitu  Berbagi Pengalaman Menulis Opini di Hikmah Republika.”
Izin memperkenalkan diri. Nama saya Asep Sapa'at, tubuh sehat, jiwa kuat, cita-cita ingin jadi orang bermanfaat. Dengan semangat untuk saling belajar, saya ingin sharing tentang pengalaman menulis di rubrik opini dan hikmah Republika.

Mengikat Makna
Pak Asep mengawali dengan penjelasan tentang mengikat makna. Istilah mengikat makna dipopulerkan oleh almarhum Hernowo. Segala hal yang berkaitan dengan aktivitas menulis sebagai cara untuk memaknai hal-hal yang bisa kita lihat, dengar, rasakan, dan renungi.


Setiap orang memiliki hambatan menulis yang berbeda-beda. Ada hambatan yang disebabkan kesulitan mengalirkan gagasan, ada juga karena faktor mood, ada pula yang disebabkan karena faktor penguasaan bahasa serta keterampilan menulis. Namun hakikatnya, setiap diri kita bisa menulis jika konsisten mau belajar. Hal yang paling mudah ditulis adalah sesuatu yang dekat dengan diri kita.
Menurut pengalaman Pak Asep sebelum mempublikasikan tulisan di media masa, belajar dulu menulis di buku harian. Menulis di buku harian adalah cara ampuh untuk membangun kepercayaan diri untuk menuangkan gagasan.
Sifat, ranah dan jenis Tulisan


Sifat tulisan menentukan untuk siapa tulisan Anda tujukan. Pada sifat pertama menulis di atas hanya untuk diri sendiri , dibaca sendiri. Untuk  sifat yang ke 2, 3, dan 4 adalah tulisan yang ditujukan untuk publik sehingga Anda perlu menimbang tujuan penulisan dan pembaca sasaran. Menulis di media masa termasuk sifat tulisan yang mana? Opini merupakan jenis tulisan nonfiksi, ranah jurnalistik, dan sifat tulisannya publik terbuka
Empat ( 4 ) Sifat Tulisan
Berdasarkan kajian salah satu guru menulis Pak Asep yaitu Mas Bambang Trimansyah, sifat tulisan terbagi ke dalam 4 sifat, yaitu:
1.    Pribadi tertutup,
yakni tulisan bersifat sangat pribadi dan cenderung dirahasiakan agar tidak dibaca atau terbaca oleh orang lain. Tulisan ini biasanya berupa diari, surat-surat pribadi, ataupun catatan-catatan rahasia.
2.    Pribadi terbuka,
yakni tulisan bersifat pribadi ataupun sangat pribadi, tetapi dibiarkan ataupun disengaja untuk dibaca orang lain. Tulisan semacam ini muncul akibat perkembangan teknologi informasi, terutama di dunia internet. Tulisan-tulisan di blog, situs, ataupun media sosial cenderung banyak yang bersifat pribadi, subjektif, dan kadang malah dibuat sesuka hati.
3.    Publik terbatas,
yakni tulisan yang ditujukan untuk konsumsi orang banyak, tetapi dalam lingkup terbatas, misalnya lingkup komunitas, lingkup keagamaan, ataupun lingkup sesama teman yang saling kenal.
4.    Publik terbuka,
yakni tulisan yang ditujukan untuk konsumsi orang banyak secara terbuka dan luas meskipun menyasar pada segmen pembaca tertentu. Tulisan ini bebas dibaca siapa pun yang berminat.
Enam (6) Aspek Agar Tulisan Memiliki Jiwa
Sebelum bicara lebih teknis untuk membuat tulisan, ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan agar tulisan kita memiliki ruh atau jiwanya. Menurut Mas Fauzil Adhim, ada 6 aspek yang harus dikembangkan agar tulisan kita memiliki jiwa.



Tulisan akan memiliki jiwa saat penulis memiliki 6 aspek yaitu :
1.   visi hidup (cita-cita dan harapan),
2.   emosi ( melibatkan emosi saat menulis )
3.   wawasan ( memilik wawasan yang luas  dengan banyak membaca, berdiskusi, jalan-jalan),
4.   pengalaman ( berbagi pengalaman hidup nyata yang pernah dialami )
5.   nalar atau logika ( menggunakan nalar atau logika yang tepat) dan tulisan sebagai
6.    kontemplasi ( tulisan sebagai hasil perenungan yang mendalam tentang apapun yang akan ditulis ).

Lima ( 5 ) Proses Menulis

  Adapun proses menulis meliputi 5 hal yaitu
1.    Menggagas: Berpikir dan Merencanakan
Ø  Mengumpulkan bahan referensi
Ø  Menentukan pembaca sasaran
Ø  Mengembangkan ide menjadi kerangka
2.    Menyusun draf
Ø  Menulis bebas
Ø  Memasukkan bahan yang relevan dengan pengalaman diri, pengalaman orang lain, latar belakang ilmu dan pengetahuan yang dimiliki
Ø  Memasukkan data dan fakta
3.    Merevisi
Ø  Mengembangkan gaya penulisan yang tepat sesuai pembaca sasaran.
Ø  Memperbaiki tulisan dari aspek tata bahasa, ketelitian data dan fakta, kesantunan
4.     Menyunting:
Ø  Memastikan Tidak Ada Kesalahan
Ø  Tak boleh ada kesalahan elementer.
5.  Menerbitkan
Ø  Menentukan publikasi tulisan pada media yang tepat serta pembaca yang tepat.
Ø  Memilih media daring atau media cetak.
Di luar teknis menulis yang disampaikan di atas, faktor nonteknis seperti disiplin menulis, tak pantang menyerah mengirimkan tulisan ke media meski sering ditolak dan tak dimuat, juga tak berhenti belajar meningkatkan keterampilan menulis. Dan konsisten menulis di media mana yang dianggap sesuai dengan hati dan jiwa kita. Seperti pengalaman Pak Asep selalu konsisten menulis di Republika Online sejak tahun 2007 sebelum di rubric opini dan Hikmah Republika.
Jadi faktor nonteknis di atas dan mempunyai jalinan silaturahim dengan para redaktur di media massa itu adalah modal utama juga dalam menulis di media cetak. Karena kita mendapatkan informasi dan masukan dari para redaktur agar kualitas tulisan lebih baik dan potensial dimuat di media cetak.
Contoh-contoh tulisan Bapak Asep Safaat yang dimuat di rubric opini dan Hikmah republika sebagai penyemangat untuk terus menulis, seperti gambar-gambar berikut.





Seputar Pertanyaan Peserta
Ø  Bagaimana menyiasati agar waktu menulis dan tema kita sesuai dengan waktu kirim atau moment yang tepat? apa pertama kali yang terbersit dipikiran ketika ingin menulis suatu opini terkait dengan peristiwa yang akan dipublish ? dan kendala apa yang terbesar yang sering ditemui sampai tulisan selesai ?
·           Kita harus sensitif dengan momentum yang akan terjadi. Misal, 6 hari lagi merupakan momen Hari Kebangkitan Nasional. Nah, dari sekarang sudah mulai menyiapkan bahan belanja gagasan, tentukan ide yang akan ditulis, dan tuliskan lalu kirimkan tulisannya paling lambat sehari sebelum tanggal 20 Mei. Prinsip umum demikian utnuk mengirimkan opini di media cetak.
Ø   Adakah trik khusus agar opini kita dimuat di Republika? Opini minimum dan maksimal berapa kata ? Apa syarat tulisan opini atau artikel bisa layak cetak di media? Bagaimana ciri artikel yang menarik untuk diterbitkan?
·      Syarat paling utama adalah ide orisinal dan menarik, data dan fakta yang disajikan sahih, tata bahasa baik, dan sesuai dengan kriteria dari redaktur media cetak.
·      Ide tulisan orisinal, aktual dengan situasi kekinian di masyarakat, tata bahasa baik, data dan fakta penunjang gagasan lengkap dan sahih.
Ø   bagaimana menyiasati ketidakpercayaan diri atas tulisan yang tidak dimuat di media cetak dan bagaimana mengasah emosi dalam kepenulisan sehingga tulisan kita bisa berkualitas ?
·           Bapak coba konsisten menulis dulu di buku harian atau personal blog yang bersifat pribadi. Nanti jika sudah mulai percaya diri, publikasikan tulisan kita. Jangan takut mendapat kritikan dan masukan dari pembaca terhadap tulisan kita. Karena justru hal tersebut bisa menjadi cermin untuk kita terus meningkatkan kualitas tulisan.
Ø   Apa saja yg menyebabkan tulisan sering di tolak media masa dan bagaimana cara menulis yg bisa diterima media masa?
·      Tuliskan sesuatu yang benar-benar pernah dialami oleh diri sendiri. Saya pernah membuat tulisan di rubrik Hikmah Republika saat istri saya wafat. Wah susah memulai kata pertama dan menutup kata terakhir karena saya ada rasa yang hadir menemani saat membuat tulisan
Ø  Apakah ada kriteria pembeda antar media cetak untuk bisa menerbitkan suatu tulisan ?
·           Setiap media cetak punya kebijakan sendiri terkait standar tulisan yang akan mereka terima. Misal, tulisan Hikmah Republika tak ada di media cetak lain. Rubrik Hikmah khas punya Republika. Jadi, kita harus pelajari secara cermat rubrik-rubrik yang ada di setiap media cetak agar kita bisa tepat memilih media mana untuk menerbitkam tulisan kita.
·           Tulisan yang pasti ditolak media adalah yang tidak mengikuti kaidah yang sudah ditetapkan media. Misal, kita menulis sesuatu yang bersifat SARA, gagasan terlalu umum, batas maksimal karakter tak diindahkan oleh kita.
Ø  Ketika kita menulis dari bentuk-bentuk fiksi yang diksinya penuh majaz dan ketika mencoba untuk menulis  non fiksi yang ilmiah mengalami  kesulitan,  apakah solusinya?
·           Mulai pelajari tulisan-tulisan opini yang dimuat di media, lalu coba buat tulisan bergenre nonfiksi. Ala bisa karena biasa. Hal paling penting dalam tulisan opini (nonfiksi) adalah tata bahasa baku dan pemilihan diksi yang bermakna lugas.
Ø  Bagaimana caranya supaya ide yang sudah kita miliki menjadi sebuah judul yang menarik untuk dibuat suatu tulisan, karena kadang terlintas ide tetapi susah sekali mencarikan judul yang tepat untuk ide tersebut?
·           Ada beberapa pendekatan saat menulis. Ada yang langsung menetapkan judul, lalu membuat tulisan. Tetapi ada juga yang sebaliknya, buat tulisan dulu untuk menguraikan idenya, judul bagian terakhir. Sebaiknya menulis dulu, nanti judul diputuskan terakhir.
Ø  Sebagai penulis pemula bagaimana caranya mengatasi hambatan yang disebabkan oleh kesulitan dalam mengalirkan gagasan?
·   Hambatan paling mendasar kita sulit mengalirkan gagasan karena gagasan yang mau diungkapkan belum jelas. Persoalan lainnya, kita kekurangan bahan untuk menunjang penyelesaian tulisan kita. Hal lain yang juga kerap terjadi, saat menulis, kita menempatkan diri dalam dua (2) peran sekaligus sebagai penulis juga editor. Saat menulis, lalu diedit, kita berhenti. Balik lagi ke awal. Terus terjadi seperti itu. Alhasil gagasan kita lewat tulisan tak selesai-selesai. Itu pengalaman pribadi dan masih juga terjadi pada diri seorang Asep Sapa’at penulis hebat.
        Demikian pemaparan materi tentang pengalaman menulis opini di media cetak dari Bapak Asep Sapa’at, semoga semakin menambah semangat bagi kita semua agar menjadi penulis-penulis hebat di dunia, dengan menghadirkan tulisan-tulisan  yang bermanfaat bagi umat dan kelak sebagai safaat untuk bekal menuju akhirat.
                                                Gunungkidul, 14 Mei 2020
**


3 komentar:

  1. Alhamdulillah,luar biasa,terulah menulis jangan pernah berhenti terimakasih

    BalasHapus
  2. TERIMA KASIH BU FATIM DAN BU ATIK, SUKSES SELALU UNTUK SEMUANYA

    BalasHapus

BUNGA RENGGANIS, MANIS

  BUNGA RENGGANIS, MANIS oleh : Enis Bunga rengganis ?? Apakah betul tanaman ini namanya bunga rengganis? Nama rengganis dari tanaman ini di...