OLEH : ENI SETYOWATI
Pak
Jay atau yang akrab dipanggil Om Jay, gurunya blogger Indonesia, sebagai pengasuh Grup WA “ Belajar Menulis Online
Gelombang 8” suatu sore mengirim foto sepiring siomay yang mengundang selera.
Betapa tidak , saat itu suasana dingin habis turun hujan lumayan deras di
tempatku. Suasana dingin seperti ini, membuat perut rasanya lapar terus. Pingin
makan yang hangat-hangat dan menggoyang lidah. Dan yang tersaji di depan mata
adalah sepiring siomay dari Om Jay sekalipun itu hanya berandai-andai.
Siomay
adalah salah satu makanan / kuliner yang berasal dari negeri Cina, melihat dari
namanya. Walaupun berasal dari negara manca, namun siomay sudah akrab dengan
lidah orang Indonesia dan menjadi salah satu makanan favorit di sini. Siomay
merupakan makanan khas yang terdiri dari bulatan ala bakso yang dibuat dari tepung
dicampur daging diberi bumbu kemudian direbus dan penyajiannya dengan diiris /
dibelah , ditambah satu butir telur ayam rebus, dicampur kobis, kentang rebus,
dan disiram kuah/ saus sambal kacang dan kecap, kemudian lebih renyah lagi
tambah kerupuk dan jangan lupa taburi bawang goreng biar semakin mantap. Hemm…lezat..nikmat..anganku
mengembara membayangkan sajian sepiring siomay.
Aku jadi teringat Pak Min, penjual siomay di sekolahku. Pak min berjualan
siomay sudah lama. Bertahun-tahun Pak Min setia dengan gerobak biru dan sepeda
tuanya, setiap pagi jam setengah sembilan sudah siap melayani anak-anak sekolah
untuk menikmati siomay buatannya yang membuat kangen. Namun siomaynya Pak Min
lain dari yang lain . Tidak seperti siomay yang dijual di pusat-pusat
jajanan itu.
Siomay
Pak Min sebenarnya juga terbuat dari bahan yang sama yaitu tepung kanji, tambah
daging ayam cincang, dibumbui bawang putih, garam, penyedap rasa, merica ,
kemudian diadoni seperti membuat bakso, lalu dibuat bulatan-bulatan sebesar
kelereng dan direbus, jadilah siomay yang gurih ala Pak Min. Kemudian Pak Min juga
membuat kreasi untuk penyajiannya kepada anak-anak sekolah yaitu tahu putih di
potong-potong persegi digoreng hingga kecoklatan.
Kemudian
dalam menjual kepada anak-anak sekolah, Pak Min menyajikannya dengan ditusuk selang
seling antara bulatan adonan tepung kanji tadi dengan tahu goreng kemudian
disiram saus , sambal dan kecap . Dan dikemas dalam plastik-plastik kecil
dijual dengan harga dua ribu rupiah dapat sepuluh tusuk. Dimakan hangat-hangat
pada waktu jam istirahat di beranda-beranda kelas. Hemm, mengasyikan dan
membuat kangen.
Namun,
sudah dua minggu lebih semua rasa kangen akan siomay buatan Pak Min itu harus
diredam dalam –dalam , ketika sekolah-sekolah terpaksa ditutup. Anak-anak harus
belajar di rumah karena pandemi korona yang tengah merajalela. Bapak ibu guru giliran
piket ke sekolah sesuai jadwal yang dibuat kepala sekolah. Semoga pandemi korona
segera sirna dari bumi tercinta dan kami warga sekolah : guru, karyawan,
karyawati, juga para siswa dapat kembali bersama merajut asa dalam pembelajaran
bersama di sekolah tercinta . Dan tentu saja dapat kembali menikmati siomay ala
Pak Min yang gurih dan lezat , sehingga Pak Min kembali mendapat kan sedikit
rezeki dari para siswa untuk menghidupi keluarganya.
Gunungkidul, Sabtu 4 April 2020
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar