Rabu, 09 September 2020

PENTIGRAF : KISAH HARI DI TENGAH PANDEMI

OLEH : ENIS



Kamis pagi, sekitar pukul 8.30 – an,  aku sudah bersiap-siap hendak keluar rumah untuk mengantarkan pesanan temanku SMP , semalam lewat WA. 

Karena masih BDR, maka aku tidak terburu-buru untuk pergi mengajar di sekolah. Setelah selesai kusiapkan pesanan barang online untuk kuantar ,  kemudian  aku ganti pakaian yang menutup aurat dan tentu saja dengan masker layaknya cadar. 

Atribut ini sekarang menjadi sesuatu  yang wajib dikenakan  jika kita keluar rumah. Yah, pandemic covid -19 yang masih merajalela dan memporak-porandakan hampir semua tatanan kehidupan di berbagai pelosok dunia termasuk Indonesia masih merebak dimana-mana. 

Untuk itu kita harus mematuhi aturan social distancing dan protocol kesehatan yaitu dengan jaga jarak, pakai masker dan cuci tangan .

Ketika aku mampir di sebuah warung penjual sayuran, baru beberapa menit aku memilih sayuran, tiba-tiba ada suara, brakkk. Ibu penjual sayur dan para pembeli pun sontak berlarian keluar dari warung dan melihat ke jalan raya, karena memang warungnya berada di pinggir jalan raya propinsi yang menghubungkan kecamatan dengan kota kabupaten.

Sepertinya ada insiden kecil, kecelakakan tunggal , yaitu seorang laki-laki paruh baya kira-kira berumur 45 tahunan  dengan seorang wanita tua kira-kira berumur 70an tahun berboncengan dengan sepeda onthel menabrak mobil sedan putih yang terparkir di depan sebuah toko kelontong.  

Dan ketika kedua orang yang berboncengan yang ternyata ibu tua dan anak lakinya tersebut berhenti di depan warung sayur, kudengar sekilas namun  jelas, anak laki-laki tersebut berkata-kata kasar, tidak sopan, membentak dan mencaci maki ibu tua  tersebut, menyalahkan ibu tua itu karena kejadian kecelakaan tersebut. 

Namun ibu tua itu hanya sabar dan diam , menerima dengan ikhlas apa yang diucapkan laki-laki tersebut. Ohh, Ya Alloh, tak tega rasa hatiku mendengar dan menyaksikan semua itu. Kata-katanya kotor dan tak semestinya diucapkan oleh seorang anak kepada seorang wanita, apalagi wanita tua itu adalah ibunya sendiri, yang melahirkannya, membesarkannya, merawatnya, mengasihinya, menyayanginya sepanjang hidupnya selama ini. 

Semoga anak itu diampuni dosanya, dan semoga ibu tua itu senantiasa diberi kesabaran dan kebesaran hati. 

Ketika ibu tua dan anak lakinya itu berjalan hendak pulang ke rumahnya, aku menawarkan diri untuk mengantar ibu tua itu sampai ke rumahnya, karena ternyata sepedanya rusak  lumayan parah , stangnya patah terpisah dari badan sepeda dan tidak dapat dinaiki lagi. 

Berkali aku menawarkan bantuan untuk mengantarkan ,tetapi ibu tua itu tetap dengan pendiriannya tidak mau karena akan menemani anaknya berjalan sampai ke rumah, sekalipun wajah dan keadaan tubuh tua itu terlihat sangat letih dan lemas karena puasa. 

Akhirnya aku memutuskan untuk memberikan bantuan sekedarnya , kubelikan buah semangka dan jeruk, air mineral, mie instan, dan kue. Kemudian kuberikan sedikit  bantuan itu pada ibu tua , dan  aku hanya mampu mengamini ucapan yang penuh doa dari ibu tua itu ketika menerima pemberianku. 

Sebelum aku berlalu dari hadapan ibu tua itu, kubuka dompet hitam lusuhku. Kemudian kuambil selembar uang berwarna biru tua bergambar seorang tokoh Dr. H. Juanda Kartasamita yang masih tersisa di dompet, dan kuselipkan di tangan ibu tua itu.  

Ada kebahagiaan direlung sanubariku dapat sedikit berbagi di tengah pandemi covid-19 ini. Walau aku juga serba kekurangan , tidak memiliki uang yang lebih, namun aku iklhas memberikannya. 

Dalam ajaran agama, bahwa di setiap rezeki yang kita terima, ada bagian untuk orang lain. Dan kisah kasih  ibu tua terhadap anaknya walaupun anaknya sudah bersikap kasar dan membentak-bentaknya tadi  teramat merasuk di hatiku.

Kasihan sekali ibu itu, sudah tua dengan tubuh kecilnya yang sudah  keriput, dengan jalan hampir tertatih , kelihatan sangat letih jiwa raganya. Semoga ibu tua itu  kelak mendapatkan Jannah-Nya karena kesabarannya yang seluas samudera dan kasih sayangnya yang tiada berlaksa itu, bisik hatiku pilu. 

Aku jadi teringat salah satu lagu berjudul " Ibu " ciptaan dari Iwan Fals, penyanyi favoritku. Aku pun hanya mampu menitikkan airmata dengan sejuta rasa yang membuncah di dada.


Gunungkidul,  Kamis 21 Mei 2020

2 komentar:

BUNGA RENGGANIS, MANIS

  BUNGA RENGGANIS, MANIS oleh : Enis Bunga rengganis ?? Apakah betul tanaman ini namanya bunga rengganis? Nama rengganis dari tanaman ini di...