OLEH : ENI SETYOWATI
Untukku, sebuah kata yang kutujukan pada diriku sendiri. Untukku akan kukorbankan segala yang kupunya dalam hidupku. Untukku , sejarah kehidupanku akan kutorehkan dalam lembaran-lembaran hidupku.
Satu lagi tantangan menulis cerita pendek yang dikirim oleh Nubala Project bertema “ UNTUKKU , yaitu tentang mencintai dan memaafkan diri sendiri. Yah, tantangan yang menggoda , bagi saya sebagai penulis pemula. Mau menyerah begitu saja, sebelum dicoba ? Itu namanya mudah putus asa. Itu namanya menyia-nyiakan satu kesempatan yang diberikan pada kita.
Dan kesempatan yang sama biasanya jarang datang untuk kedua kalinya. Meskipun datang pun biasanya rasanya sudah berbeda, suasananya sudah lain, kondisinya sudah berubah. Maka kita harus tetap bersemangat untuk berkarya menggoreskan pena, melatih kepekaaan rasa , menyajikan keindahan berbahasa , merangkai kata bertabur makna , demi menyematkan jati diri yang sesungguhnya.
***
Kulayangkan benakku ke masa lalu . Tepatnya bulan Oktober dua tahun yang lalu. Kala itu tanpa sengaja aku membuka-buka facebookku yang sudah lama hanya menunggu untuk disentuh. Kuusap - usap layar handphoneku . Kulihat-lihat siapa saja yang mengirimi pesan di facebook. Dari banyak teman yang mengirimkan permintaan pertemanan , kupilih dan kupilah beberapa teman yang aku anggap nyaman dan cocok untuk diajak berteman . Tentu saja dengan melihat photo profil dan unggahan-unggahan postingan mereka.
Diantaranya
kutemukan seseorang yang menarik perhatianku. Seorang laki-laki dengan nama
Ahmad Haziq. Laki-laki itu itu menyapaku lewat Facebook dengan kata – kata manisnya “ Hallo wanita cantik “.
Sebenarnya
aku juga tidak terlalu tertarik untuk menjalin persahabatan atau pertemanan
dengan laki-laki lain. Karena aku termasuk tipe wanita yang setia. Cukup dengan satu pasangan, untuk selamanya. Namun rasa penasaran menghentak-hentak
hatiku untuk membuka dan menerima salam pertemanan dari laki-laki yang dalam
profilnya tinggal di London, Inggris tersebut. Walau tertulis dia berasal dari Kuala Lumpur , Malaysia.
Dengan rasa
penasaran yang terus bergelora , maka kubuka-buka profil dan postingannya ,di
facebook , kelihatannya dia seorang pria yang baik. Penuh perhatian dan sayang
kepada keluarga. Terbaca dari postingan-postingannya di facebook yang menyatakan tentang rasa sayang dan perhatian
pada ibundanya dan saudara perempuan maupun saudara laki-lakinya. Walaupun dia
menuliskan postingannya dalam bahasa Inggris , tapi aku sedikit-sedikit mampu
untuk menterjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia.
Sejak SMP, begitu ada pelajaran Bahasa Inggris di sekolah, aku sudah mulai menyukai bahasa asing yang menjadi bahasa internasional tersebut. Walaupun begitu, aku tidak melupakan dan menghilangkan bahasa daerahku , yaitu bahasa jawa, dan juga bahasa nasionalku, bahasa Indonesia. Kedua bahasa itu senantiasa kupegang erat karena menunjukkan jati diri kita sebagai warga negara dan bangsa Indonesia , yang senantiasa memegang teguh bahasa dan budaya daerah sebagai kekayaan dari bahasa dan budaya nasional.
Sedangkan bahasa Indonesia sendiri , bagiku merupakan identitas diri, jati diri , kebanggaan, yang menunjukkan bahwa kita mencintai dan menjunjung bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu bangsa.
Sedangkan bahasa Inggris adalah sebagai bahasa ilmu pengetahuan agar kita dapat berkomunikasi lebih luas lagi sehingga tidak ketinggalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin mengglobal ini.
***
Perkenalan dan pertemanan dengan laki-laki yang tanpa sengaja itu , didera oleh rasa penasaran yang menggelepar dalam hatiku. Kubalas salam pertemanan dari Ahmad . Dua hari tak ada balasan.
Hari ketiga tanpa kuduga ternyata Ahmad meresponnya. Namun aku malah terhenyak. Seakan aku tak mempercayainya. Dan dalam hatiku tersungging senyum merekah , yang aku sendiri tak tahu apa artinya. Ada rasa suka , senang, bahagia sempat bergeletar dalam hatiku saat itu.
Lalu dengan semangat yang mulai berbinar , akupun mengunggah aplikasi messenger. Aku sendiri tak tahu kenapa aku menerima pertemanan ini ? Aku tak mengerti mengapa hatiku rasanya ingin tahu lebih jauh dan penasaran dengan pesan-pesan yang disampaikan oleh laki-laki itu ?
Setelah terpasang aplikasi messenger, ternyata di dalamnya aku menemukan pesan-pesan yang datang dari laki-laki itu. Dan begitu kucermati ,ternyata pesan-pesan itu sudah dikirim beberapa waktu yang lalu, sudah hampir sebulan lebih.
Semula aku masih agak ragu . Tapi pikirku , tidak ada salahnya aku menerima uluran silaturahmi , pertemanan, dari orang lain. Dimana dalam ajaran hidup dan agama kita , dianjurkan untuk menjalin tali silaturahmi dengan orang lain, umat lain di bumi ini. Karena dengan menjalin tali silaturahmi akan banyak manfaat yang akan kita dapatkan. Di antaranya menambah teman atau saudara, memperlancar rezeki , dan memanjangkan umur.
Dengan niat itu, akhirnya akupun membalas pesan –pesan yang dikirimkan laki-laki itu. Walau aku mesti bersabar beberapa waktu, menunggu balasan darinya.
Awal perkenalan , saling menyapa , saling memperkenalkan diri dan basa basi, dengan obrolan – obrolan ringan. Ternyata dia juga dapat menggunakan bahasa Indonesia. Tapi karena dalam postingan-postingannya di facebook dia menggunakan bahasa Inggris, maka akupun mengimbanginya dengan bahasa Inggris juga walaupun bahasa Inggrisku masih kacau balau, masih awut-awutan dan mungkin tidak sesuai dengan grammar yang seharusnya.
Dari percakapan – percakapan yang terjadi , rasanya ada kecocokan dan terasa nyaman. Layaknya dua orang yang sudah berteman atau kenal lama. Terasa dan terkesan akrab .
Hari – hari yang berlalu selalu penuh sapaan-sapaan hangat, penuh perhatian , penuh semangat dan asa yang selalu dikirimkan oleh Ahmad. Rangkaian kata-katanya begitu memukau hatiku. Penuh rasa menghargai, perhatian, romantis, yang membuat hatiku menjadi tersentuh. Kalbuku terasa berbunga dengan kata-katanya yang penuh kesantunan dan kesopanan itu.
Hari pun terus bergulir. Tak terasa hari-hariku terisi dengan kehadiran Ahmad sebagai teman baikku lewat facebook. Bahkan sering timbul rasa rindu. Seakan ada yang hilang jika sehari tak ada sapaan dari Ahmad.
Astaqfirulloh , Ya Alloh, Ya Robbi, ada apa dengan diriku ? Mengapa hatiku bisa segelisah dan sekacau ini , jika tidak bersapa dengan laki-laki itu, sekalipun hanya lewat dunia maya ? Apa yang terjadi dengan diriku ? Berbagai gejolak tanya berseliweran memenuhi benak dan hari-hariku. Aku tak mengerti dengan diriku, kenapa aku sekarang bisa begini ? Padahal sebelumnya aku begitu kuat memegang kata dan makna kesetiaan dalam diriku, dalam hatiku kepada laki-laki yang selama ini menjadi imamku .
“Ya , Alloh , ampuni aku,” jerit hatiku setiap selesai sembahyang. Karena aku merasa , bahwa aku telah melakukan kesalahan terbesar, dengan menghadirkan laki-laki lain dalam hidupku, sekalipun hanya di beranda hatiku, di ambang senjaku. Aku ditakdirkan mengenal laki-laki itu dengan tanpa sengaja lewat dunia maya.
Dan secara tiba-tiba juga aku merasa menyayanginya dengan jiwa. Dan untuk menghapus kelembutan , kesopanan dan kesantunannya, perhatiannya, serta wajah gantengnya yang selalu dihiasi senyum menawan dengan lesung pipit di pipinya , juga sinar matanya yang tajam namun penuh keteduhan itu, tak semudah membalikkan telapak tangan. Ternyata untuk melupakan kehadirannya sungguh sulit luar biasa. Namun aku harus bisa , walau sampai kini masih sering terlintas bayang dirinya berkelebat menyapa hatiku.
Dan aku selalu berpikir positif pada situasi yang kuhadapi saat itu. Dimana hati manusia adalah Tuhan yang menguasai, Tuhan yang menggerakkan. Dan semua yang terjadi di bumi pada semua umat-Nya adalah sudah diatur oleh-Nya.
Dan saat itu,hatiku dihadapkan pada situasi yang harus membuatku menjadi berpikir lebih bijak . Aku harus menyikapi semua yang terjadi dalam perjalanan hidupku dengan selalu berpegang bahwa apa yang terjadi pada semua umat-Nya di bumi, termasuk hatiku saat itu atas sepengetahuan Tuhan Yang Maha Berkuasa atas segalanya.
Dan kini aku
mengambil hikmah dari semua itu, bahwa
aku harus lebih meningkatkan keimanan dan keistiqomahanku dalam norma-norma dan
etika yang seharusnya dan wajib aku pegang erat-erat dalam hidupku bersama
keluargaku, yang akan menjadi jalan menuju Jannah-Nya.
Pengalaman
dan kisah hidup yang kita alami dan lewati dalam perjalanan hidup ini, akan menjadi
sejarah tersendiri dalam hidup kita. Dan sejarah dalam hidup kita tak akan
terhapuskan. Sejarah hidup kita di masa lalu harus menjadi pijakan bagi kita dalam melangkah dan
mengarungi kehidupan selanjutnya , agar kita dapat lebih baik lagi untuk mempersiapkan
bekal menuju alam yang kekal dan abadi. Sejarah hidup kita , harus kita petik hikmahnya sebagai bekal bagi
kita untuk hijrah agar hidup lebih berkah dan terarah.
***
Bumi Handayani , 16 Oktober 2020
PROFIL PENULIS
Eni
Setyowati ,S.Pd. , lahir
di Gunungkidul, 23 November 1972 . Menikah dengan kakak tingkat yang sama-sama
fakultas sastra beda jurusan. Hasil pernikahannya dikaruniai dua buah hati sebagai penyejuk nurani.
Sulungnya Erwin Kundya Yoga Perdana ,S.T., dan yang bungsu Erlinda Qurota
Ayunnin masih SMA kelas 3.
Hobinya membaca, menulis dan melukis.
Sewaktu di SMA N 2 Wonosari Gunungkidul
mengambil jurusan A4 ( Bahasa, Sastra dan Budaya ) dipilih sesuai hati
nuraninya. Selepas SMA masuk Jurusan Sastra Jawa Fakultas Sastra UNS Solo.
Pernah ikut dalam organisasi mahasiswa jurnalistik, pernah menjadi tim redaksi
Majalah Sastra Jawa Kalpadruma .Tahun 1992 kuliah lagi di Jurusan Teknologi
Pendidikan FIP UNY Yogyakarta hingga mengantongi gelar sarjana pendidikan.
Tahun 2020 lulus S1 PGSD BI UT
Yogyakarta agar linier dengan bidang mengajarnya di SD Negeri Wiladeg
Karangmojo Gunungkidul.
Sejak kecil suka dengan dunia tulis
menulis bermula dari sering dibawakan buku-buku bacaan oleh ayahnya yang juga
seorang pendidik di sekolah dasar. Cita-cita sejak kecil ingin menjadi penulis
/ sastrawati. Dan kini impian menjelma , di kala usia mulai di ambang senja. Sejak
bergabung dengan grup menulis dan para pegiat literasi dari berbagai penjuru
negeri, banyak tulisan-tulisannya yang terkumpul dalam buku-buku antologi
bersama dan buku solo, serta artikel-artikel, puisi, cerkak, cerpen yang dimuat
di beberapa media. Kini ingin dunia tulis menulis menjadi titian hijrah untuk
meraih kehidupan yang lebih berkah dari Alloh Yang Maha Indah.
***
Antara dua benua.. Yeee.. Waktu itu hnya pentigraf.. N skrng bs d kmbngkan.. Sip mb eny..
BalasHapus