Rabu, 19 Agustus 2020

DIATAS PUSARAMU, KUTABUR DOA DAN RINDUKU

OLEH : ENIS


Makam keluarga

Yuyun dalam pangkuan ibu ketika berumur 2 tahun

Yuyun, dekat ayah ketika kelas 6 SD, saat ikut ke acara wisudaku di UNY tahun 2000

Yuyun , kala SMP ikut kegiatan MTQ membaca AlQuran


Yuyun selepas SMK sewaktu kerja di PJKA

Sepuluh bulan telah berlalu , tepatnya 12 November 2019  pada usia 30 tahun lebih 8 bulan , kau pergi meninggalkan kami. Saat itu tak ada tanda-tanda kau akan mendahului kami menghadap Ilahi. Waktu itu kau kadang tidak enak badan. Kami mengira kamu hanya masuk angin biasa, flu, atau kecapekan saja karena habis olahraga. Kau memang suka jogging dan bermain bola volly hampir setiap hari kamu jalani. 

Kamu mempunyai pola hidup sehat.  Tidak pernah mengenal rokok apalagi merokok . Kamu selalu hidup teratur, rapi dan bersih. Sholat siang malam tidak  pernah kamu tinggalkan. Kamu rajin beribadah di masjid dekat rumah.  Dan kau selalu mengumandangkan adzan di saat-saat waktu sholat tiba. 

Bahkan tiap malam kau selalu bermunajat menghadap Sang Maha Pengasih. Di saat keluarga lain asyik dengan dengkur tidurnya,kau tak mengenal  dingin  dan sepi. Kau habiskan malam-malammu untuk bersimpuh memohon belaian Kasih-Nya yang tiada tara itu. Dan kau begitu menikmati kemesraanmu dengan Kekasih mu itu. Seakan tak ingin menghabiskan semalam pun tanpa belaian kasih sayang-Nya. 

Kau seorang yang pendiam dan  tidak banyak bicara, hanya sesekali, dirasa perlu kau berkata.  Tiap saat aku bertemu kau di rumah bunda pun , kau kadang hanya berlalu begitu saja. Seakan kau ingin menyimpan sendiri semua duka laramu. Kau seperti tak ingin keluargamu ikut merasakan apa yang kamu rasakan saat itu.

Kala itu tanggal 24 Oktober 2019, aku mengajakmu untuk ikut serta dalam acara wisuda keponakanmu,  Erwin , anakku . Kau hanya membalas WA ku kala itu dengan kata singkat “ Ya”. 

Kemudian sekitar jam 3.30 dini hari, kulihat di statusmu , kau tuliskan kata-kata yang masih kuingat sampai sekarang. “ Esuk hari, keluargaku akan berbahagia ke Yogya untuk wisuda, namun kelihatannya aku tidak dapat ikut karena sakit perutku makin menjadi”. 

"Ah, Yun, sakit apa kamu ? batinku dengan rasa`nyeri. Semalaman kala itu,  aku memang sibuk dengan persiapan acara wisuda anakku. Aku memasak sendiri bekal untuk esuk hari, daripada beli makanan di Yogya, lebih baik aku membawanya dari rumah. Karena sibuk , sehingga aku tidak begitu memperhatikan dirimu. 

Aku dan keluarga yang lain pun mengira, Yuyun , adik bungsuku itu hanya sakit perut biasa. Sehingga keesokan harinya, kami semua mengantar anakku untuk wisuda di Kampus UPN Yogyakarta. Aku tidak  mendapatkan firasat apapun juga kala itu.

Hingga suatu sore,  ibuku dan Yuyun adik bungsuku ,  datang ke rumah. Kala itu ibu bilang :” Ini adikmu, minta kamu mengantarkannya untuk periksa ke dokter ,” 

Waktu itu adikku sudah tampak lelah dan sedikit pucat. Tubuhnya semakin kurus. Tatapan matanya kosong. Namun seakan kau tak peduli dengan penyakit yang ada dalam tubuhmu. Beberapa saat kami bertiga berbincang. 

Akhirnya Yuyun memutuskan untuk esok hari  saja periksa ke puskesmas, bilangmu kala itu. Aku pun hanya mengiyakan. Lalu kau pulang ke rumah bersama bunda .  Ketika kau berlalu dari hadapanku ,  ada rasa bersalah karena waktu itu tidak mengantarmu sore itu ke dokter.

Esok harinya , setelah memberi tugas murid-muridku di sekolah, aku minta ijin kepala sekolah, bahwa ada keperluan. Aku segera  pergi ke rumah bunda. Dan ternyata kau  sudah siap di beranda depan menungguku. Seakan kau sudah tidak tahan lagi dengan rasa sakit yang ada dalam tubuhmu. Setelah pamitan , aku dan adikku segera berangkat ke puskesmas  yang terletak kurang lebih satu kilometer dari rumah. Dan waktu itu kau masih memboncengkanku, seakan kau tidak kenapa-kenapa.

Hari terus berlalu, kesibukanku di sekolah semakin banyak karena sekolahan akan ada akreditasi perpustakaan.  Bahkan aku lembur kadang sampai jam 10 malam, bersama beberapa teman yang dekat dengan sekolahan. 

Suatu malam selepas Magrib, ketika aku tengah lembur mempersiapkan administrasi di sekolah dengan beberapa teman, Hendro adikku yang nomer empat pun datang menemuiku. Hendro mengabari kalau Yuyun adik bungsuku masuk rumah sakit.  Dadaku berdebar kencang. Ada rasa gemetar dan perasaan cemas, khawatir, berbaur menyelinap di hati dan dadaku.

Aku seakan mendapat firasat yang tak mengenakkan. Karena memang sejak aku mengantar Yuyun ke puskesmas dua hari lalu, aku belum ke rumah bunda lagi. Dan waktu itu hasil pemeriksaan puskesmas, mengatakan bahwa Yuyun hanya asam lambung dan diberi obat. 

Memang  beberapa hari dadaku dag dig dug terus bertalu. Kadang berdesir aneh  tiada henti. Dan setiap hari belum sampai sore, nasi yang kumasaka pun sering cepat menjadi basi. Padahal sebelumnya tidak seperti itu. Kata orang-orang tua dulu, kalau nasi sering basi akan ada salah satu anggota keluarga yang sakit .Mungkin ini hanya mitos saja. tetapi setelah aku mengalami sendiri,  entah karena kebetulan atau apa, aku tidak tahu. Hidup dan mati ada di tangan Gusti. Dan aku merasakan akan ada sesuatu yang terjadi. 

" Ya Alloh. apapun penyakit yang diderita adikku,  semoga Engkau beri kekuatan , kesabaran dan kesembuhan," doaku dalam hati tanpa henti. 

Aku segera memberesi pekerjaan yang sedang kukerjakan. Dan pamit pada teman-temanku untuk mendahului pulang.

Sesampai di Rumah Sakit Panti Rahayu, kudapati adikku, seakan sedang menahan kesakitan yang teramat sangat. Walau dia berusaha menyembunyikan di balik senyum kecilnya . Dari hasil pemeriksaan ternyata belum ditemukan apa penyakit yang tengah diderita Yuyun. 

Hasil diagnosa sementara,  asam lambungnya sudah akut.  Adikku memang belakangan selalu  merasakan sakit pada perut. Katanya rasanya begah, kembung, mual dan lambung terasa penuh. Dan oleh dokter diberi obat-obatan untuk meringkankan asam lambungnya. 

Semalam di Panti Rahayu, tidak berkurang rasa`sakit yang menghantui adikku. Lalu hasil musyawarah keluarga dan saran dari rumah sakit agar dibawa ke Rumah Sakit Bethesda , Wonosari. Akhirnya keesokan harinya setelah semalam tidak ada hasil yang signifikan, adikku di rujuk ke Bethesda, Wonosari.

Selama dirawat di Bethesda Wonosari, adikku agak mendingan. Rasa sakitnya sedikit  teratasi, walau hanya untuk beberapa menit setelah diberi obat. Karena menit berikutnya , adikku merasakan kesakitan yang luar biasa begitu khasiat obatnya sudah habis . Adikku tidak pernah bisa tidur. Dia hanya sering mondar mandir dan  yang enak katanya untuk duduk jongkok. 

"Ya Alloh , semoga segera Engkau beri kesembuhan, obat yang mujarab untuk mengurangi rasa sakit yang diderita adikku, "pintaku tanpa jeda kepada Alloh di saat-saat sholat wajib maupun tahajud dan nduhaku.

 Aku selalu tak tega, tak sampai hati menyaksikan kesakitan yang dialami Yuyun kala itu. Andai saja rasa sakit itu dapat dibagi ,aku ingin ikut menyangganya agar penderitaan adikku berkurang. Bila kudatang untuk bezuk dan gantian jaga, kudapati tatapan kosong, tanpa asa di matanya.  

Setelah  dua hari di Bethesda Wonosari, maka  berdasarkan hasil pemeriksaan rontsen, scan, dan laboratorium, adikku dinyatakan sakit kanker paru-paru. 

"Astaqfirulloh, padahal selama ini adikku tak pernah kenal dengan yang namanya rokok. Apalagi merokok, seakan haram baginya. Namum mengapa penyakit ini menggerogoti adikku ? Ya Alloh , hanya Engkau  Yang Maha Tahu. Dan hanya, Engkaulah Dzat yang Maha Penyembuh, maka sembuhkanlah adikku, setidaknya kurangilah rasa sakit yang dideritanya, "ucap hatiku miris, nyeri, perih dan pilu.

Hari ketiga di Bethesda Wonosari, juga tidak ada hasil yang menggembirakan, maka adikku harus dirujuk ke Rumah Sakit Bethesda Yogya. Setelah menunggu proses yang begitu lama, akhirnya, siang hari bakda luhur, dengan diberi support dan dukungan yang luar biasa dari keluarga , sanak saudara, dan tetangga maupun teman-temannya, adikku bersedia dirujuk, yang tadinya masih bersikukuh tidak mau.Mungkin karena adikku sudah tidak tahan lagi merasakan kesakitan yang luar biasa. 

Akhirnya dengan sirine ambulans yang dihidupkan, mobil putih itu melaju, membelah jalanan Wonosari – Yogya yang berliku, naik turun karena daerah pegunungan, menuju Rumah Sakit Bethesda Yogya dalam waktu kurang lebih satu setengah jam. 

Ibu dan adikku yang nomor tiga, Rudi, berangkat duluan memakai mobil keluarga untuk membawa surat –surat rujukan agar segera mendapatkan kamar lebih cepat. Sementara aku dan Mas Tarno, anaknya  budhe, ikut mendampingi Yuyun dalam mobil ambulans. Dalam ambulans , adikku terbujur tak berdaya , dengan tenaga yang hampir sirna, dengan tatapan mata yang hampir tiada asa lagi. 

"Duh , Gustiiii," jerit hatiku pilu sambil kupeluk erat tubuh kurus yang terbungkus selimut putih itu. Namun aku selalu menguatkan dan mengajaknya terus istigfar, serta doa-doa lain setiap saat. Selalu kuyakinkan bahwa Alloh Maha Penyembuh dan Maha Segalanya.

Hari pun terus berlalu. Tak terasa sudah dua hari berada di Bethesda Yogya. Dan keadaan adikku sedikit membaik. Setelah beberapa kali disedot cairan dalam parunya, dicek darah, scan, rontsen,uji lab, dan rangkaian pemeriksaan lainnya.  Setelah dipelajari secara lebih mendalam oleh dokter ahli, pada hari ketiga , kami sekeluarga yang saat itu menunggu di rumah sakit, diminta berkumpul di ruangan oleh dokter yang menangani adikku. 

Dengan bijaksana dan terus mengobarkan semangat, dokter wanita muda itu memberi tahu dengan pelan dan hati-hati pada kami .Ternyata hasil akhir dinyatakan bahwa penyakit yang diderita adikku adalah kelenjar getah bening, yang sudah stadium akhir. 

Harapan hidupnya tipis. Mungkin usianya tidak sampai menghabiskan tahun 2019. Dokter dan jajarannya sudah berusaha  semaksimal mungkin memberikan pertolongan dan pengobatan. Namun semua keputusan, hidup dan mati ada dalam kuasa Tuhan. Kita semua tinggal menunggu mukjizat dari Tuhan. Dan kita harus menerima semua dengan ikhlas, sabar, tawakal, pasrah akan takdir-Nya.

Itu serentetan kata dokter berusaha menguatkan hati kami semuanya. Dan dokter menyarankan agar pasien diberi tahu tentang semua ini. Namun pihak keluarga belum siap untuk menyampaikan keadaan yang sebenarnya . Dan dokter mempersilahkan keputusan kepada keluarga.

Dengan hati yang hancur, terluka, perih, sedih, pilu kami harus menerima semua ini sebagai takdir-Nya untuk adikku , Yuyun. Dan atas musyawarah keluarga, akhirnya Yuyun dibawa pulang. Tentu saja dengan membesarkan hati dan selalu memberi semangat dan doa-doa pada Yuyun, bahwa sudah dijinkan pulang, dan dirawat untuk pemulihan di rumah saja . 

Dalam perjalanan pulang, aku kembali mendampingi dan bersama Yuyun setiap saat di dalam ambulan, kali ini aku gantian ditemani Mas Daldi, anaknya pakdhe. Selama perjalanan pulang, Yuyun dapat memejamkan matanya, walau aku tahu dia tak bisa tidur . Sepanjang perjalanan pulang karena sudah malam, hawanya dingin menusuk tulang. Maka kupeluk erat adikku. Seakan itu adalah pelukan terakhir yang akan kuberikan padanya. 

Dan selama perawatan di rumah akupun tetap dengan setia dan penuh kasih sayang , siang malam, setiap saat, dengan keluarga yang lain juga tetangga dekat serta sanak saudara yang lain bergantian melayani , merawat, memberi semangat hidup dan segala yang diinginkan Yuyun di sisa hidupnya . 

Selama di rumah kembali ada asa di wajah Yuyun. Setiap saat kuputarkan  murotal Alquran dan siraman-siraman rohani untuk menemani hari-harinya. Bahkan Yuyun minta untuk dipanggilkan ustdaz agar merukyah dirinya. Dua orang ustadz yang kudatangkan kala itu yaitu Ustdaz Harun dari Pondok Pesantren Al Hikmah, dan Ustadz Amin dari Playen datang untuk ikut mendoakan dan merukyah Yuyun. 

Dan berbagai cara, upaya, usaha, ikhtiar kami usahakan untuk penyembuhan Yuyun. Dan manusia hanya dapat berencana dan mengusahakan, sedangkan kepastian dan  keputusan sepenuhnya hanya ada pada Tuhan Alloh Yang Maha Kuasa atas segalanya.

Ketika anakku pulang dari Madiun untuk menjenguknya, seakan dia juga sudah mendapatkan firasat bahwa Om Yuyunnya tak akan lama lagi di dunia ini. Dan ketika sampai di rumah bunda, Erwin langsung menemui Yuyun yang sudah dalam keadaan lemah tak berdaya. tatapanya hampa, kosong. Tak ada sinar kehidupan lagi dimatanya. Anakku menjabat erat tangan Yuyun dan membisikkan di telinga Yuyun :

" Om, ini Erwin sudah pulang, yang kuat ya, istiqfar, Om !" bisik anakku dengan pilu sambil meneteskan air mata. Yuyun dengan lemah menggapai tangan Erwin sambil tersenyum samar. Namun mata itu makin lama makin meredup.Layaknya pelita yang tertiup angin , cahayanya hilang.Dan seakan Yuyun pergi setelah menunggu Erwin datang. Karena memang hanya tinggal Erwin yang belum pernah melihatnya  disaat dia mengalami sakit yang begitu tiba-tiba itu. Karena setelah Erwin datang, Yuyun pun gantian pergi untuk selamanya.

Dan pada siang itu, Sabtu tanggal 12 November 2019, tepat tengah hari, disaat kumandang adzan Dzuhur dari mesjid Al Falah dekat rumah terdengar, adikku menghembuskan nafas terakhirnya dengan tenang dan tersenyum. Biasanya setiap waktu sholat lima waktu tiba, Yuyunlah yang selalu mengumandangkan adzan di mesjid. 

Sebelum melepas nafas terakhirnya, Yuyun masih sempat mengangkat kedua tangannya dan mengacungkan jempolnya . Mungkin itu sebagai pertanda bahwa dia sangat bahagia dan berterima kasih karena semuanya , keluarga, sanak saudara, tetangga, sahabat ikut mendoakan dan mengiringi kepergiannya , dengan tanpa henti  menggemakan takbir, tahlil ,tahmid,istiqfar dan lantunan ayat-ayat Alloh. 

Dan Alloh lebih sayang pada adikku. Alloh telah mengambil  kembali adikku dalam damai, dengan tenang . Wajahnya seakan hanya terlihat seperti tidur . Dan Yuyun telah memejamkan mata untuk selama-lamanya.  Insya Alloh kepergiannya Husnul Khotimah. 

"Selamat jalan Yuyun, selamat jalan adikku, semoga kamu bahagia kembali kepada-Nya. Di sana , Alloh akan merawat, menjaga, menyembuhkan segala duka lara yang kamu rasakan selama ini, karena kamu anak baik , " jeritku histeris.  Selanjutnya aku tak ingat apa-apa lagi.  

***

Kini hanya di atas pusaramu, aku dapat menabur doa dan rinduku, untukmu Yuyun.Semoga di dunia barumu, Alloh akan menyembuhkan semua rasa sakit yang kamu derita selama ini.Semoga Alloh mengampuni segala dosa dan kekhilafanmu selam kamu hidup di dunia.  Semoga , kamu bahagia di sisi-Nya," bisik hati dan jiwaku pilu.


***

Gunungkidul, Minggu 16 Agustus 2020 (kenangan untuk almarhum adikku)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BUNGA RENGGANIS, MANIS

  BUNGA RENGGANIS, MANIS oleh : Enis Bunga rengganis ?? Apakah betul tanaman ini namanya bunga rengganis? Nama rengganis dari tanaman ini di...